Fahmi Azami (5 tahun) adalah anak yang cerdas, pintar dan lincah sehingga dengan mudah ia menyerap pelajaran yang dipelajarinya. Salah satunya pelajaran tentang menutup aurat. Sehingga orang-orang terdekatnya sering ia ‘sentil’ bila kedapatan membuka aurat.
Dan yang sering menjadi sasaran adalah ibunda Euis (39), bila kedapatan tidak mengenakan kerudung. “Mamah itu kan aurat gak boleh dibuka-buka,” kata Azami, mengamalkan pemahamannya yang diajarkan Alimuddin Baharsyah, tetangga Azami sekaligus partner lapang BWA.
Euis pun menjawab: “Ini kan dalam rumah De…”
Warga Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tersebut sigap menukas: “Ya kalo gitu pintunya di tutup Mah.”
Bukan kepada orang tuanya saja, kepada paman dan tantenya yang tidak menutup aurat Azami dengan polosnya juga sering mengingatkan.
Orang tua Azami sangat bangga kepada anak bungsu dari empat bersaudara tersebut. Namun tak jarang meneteskan air mata tatkala kelincahan Azami berubah menjadi raungan kesakitan karena di bagian kelaminnya ada benjolan.
Ketika mengetahui ada benjolan, ayahanda Sulaeman (44) sering membawanya ke tukang urut. “Kami upayakan dengan cara tradisional. Namun beberapa kali diurut tidak ada perubahan. Kami putuskan untuk bawa ke klinik. Ternyata Azami menderita hernia, saran dari klinik itu kami harus segera mengoperasinya,” ungkapnya.
Namun karena ketiadaan biaya, ayahnya yang hanya buruh pengrajin sepatu dengan gaji tak seberapa itu tak jua membawanya ke rumah sakit. Lama kelamaan benjolan itu semakin membesar sehingga akhirnya sebesar kepalan tangan remaja.
September lalu, orang tua Azami mendapat informasi bisa operasi gratis dengan bantuan pemerintah melalui Jamkesda. Setelah diurus administrasinya, pada Ahad (29/9) Azami pun menjalani operasi hernia di Rumah Sakit Karya Bhakti, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Operasi yang berlangsung 1,5 jam tersebut dipimpim oleh dr Hadian dan alhamdulilah berjalan dengan lancar dan selamat. Disamping mengoperasi hernia, tim dokter juga mengkhitannya untuk mencegah infeksi pada alat kelamin pasca operasi.
Beberapa menit pasca operasi, Azami terbangun dari pengaruh obat bius. Seketika itu dia menangis sekeras-kerasnya. “Sakit…..sakit…sakit Mamah…” teriak Azami.
Euis tidak kuasa menahan air matanya melihat putera kesayangannya kesakitan. Tapi kesedihan Euis iru berubah menjadi tangis haru karena kala itu Azami meminta untuk dipakaikan kembali celananya. “Aurat…Mamah mana celana Ami? Aurat Ami Mamah,” paksa Azami kepada ibunya. Subhanallah meski dalam keadaan sakit, Azami masih ingat menutup aurat.
Karena Jamkesda hanya menjamin biaya operasi saja, Euis pun meminjam uang kepada tetangga untuk menutupi biaya khitan, rawat inap dan obat-obatan.
Saat ini, orang tua Azami kebingungan untuk mengembalikan uang pinjaman itu. Karena penghasilan Sulaeman tak seberapa, sehingga langsung habis hanya untuk makan sehari-hari saja. Bagi para muzakki yang ingin membantu meringankan beban saudara kita, bisa disalurkan melalui Badan wakaf Al-Qur’an (BWA). Klik disini!