Selain harus melahirkan prematur, Tenri Ola (25) ibunda Fatimah Az Zahrah, terus bersedih melihat kondisi putrinya yang berulang kali harus di operasi.
Hanya 7 bulan 2 minggu, Fatimah Az Zahrah berada dalam kandungan. Ia dilahirkan secara prematur pada senin (28/1) lalu dengan berat badan 1,6 kg saja. Pertama kali melihat terangnya dunia di Rumah Bersalin Alifah, Makassar, Fatimah harus dirujuk ke RS lain. Karena selain berat badannya tergolong rendah, ia pun ditakdirkan lahir kembar. Tapi kondisi fisik Fatimah tidak seperti saudara kembarnya yang sehat.
Di RS Awal Bros Makassar, Fatimah dirawat dan diperiksa lebih lanjut. Namun, disebabkan kondisinya yang masih lemah, pihak RS tidak dapat mendeteksi kemungkinan penyakit lain yang dideritanya di kemudian hari. Akhirnya, Fatimah dibawa pulang setelah 11 hari di RS.
Beberapa minggu di rumah, kesehatan Fatimah menurun. Ia mengalami kejang-kejang sampai suara tangisnya tak terdengar. Tanpa pikir panjang, Ending, ayahanda Fatimah, terpaksa memasukan Fatimah kembali ke RS yang sama, di RS Awal Bros Makassar, pada Ahad (17/3).
Fatimah kembali masuk ke ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit). Di ruang perawatan intensif RS Awal Bros Makassar tersebut, kondisi dalam kepala Fatimah dipindai dengan CT Scan (atau CT Scanner – Computerized Tomography Scanner). Nahas hasilnya, Fatimah mengalami pendarahan di otak dan disertai kesadaran yang menurun drastis. Fatimah menderita Encepalopathy dan harus segera di operasi.
Pasca operasi Craniotomy (operasi untuk membuka tempurung kepala untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak), Fatimah menjalani perawatan intensif selama 8 hari di RS Awal Bros, Makassar. “Alhamdulillah, operasi pertama itu berjalan lancar. Fatimah yang sebelumnya kejang-kejang sudah bisa berhenti dan suara tangisnya sudah terdengar,” tutur Ending, lega.
Namun penderitaan Fatimah belum selesai, 3 minggu kemudian setelah rawat jalan di rumah, ukuran lingkar kepala Fatimah terus bertambah dan membesar. Dan untuk ketiga kalinya, Fatimah kembali lagi masuk ruang NICU, terakhir Fatimah masuk ke RS. Wahidin Sudirohusodo, Makasar. Kepalanya yang terus membesar adalah gejala Hydrocephalus.
Tenri Ola merasa syok dan terus bersedih, mereka juga sudah menghabiskan biaya puluhan juta rupiah. Sementara Ending hanyalah seorang pegawai swasta biasa, sudah mengusahakan sekuat tenaga untuk keselamatan putrinya. Beberapa teman dan sanak saudara telah diminta untuk membantunya. Ada yang sukarela memberikan bantuan dana dan ada yang berupa pinjaman.
Dari Makassar mereka melayangkan permohonan kepada Badan Wakaf Al Qur’an (BWA) di Jakarta. Melalui Program Zakat Peer to Peer (ZPP), BWA membantu pembayaran uang muka agar operasi Hydrocephalus Fatimah di RS. Wahidin Sudirohusodo, Makasar dapat segera dilakukan. Alhamdulillah, operasi yang telah selesai pada Rabu (19/6) kemarin berjalan dengan baik.
Pasca operasi Hydrocephalus kondisi Fatimah berangsur membaik. Satu per satu perangkat pembantu seperti NGT (selang saluran makanannya dilepas) karena sudah bisa menyusu lewat mulut, begitupun selang oksigen, dan perangkat pemantau yang ditempel ditubuhnya sudah dilepas. Tangisannya pun sudah kembali keras dan sudah bisa merespon.
Lingkar kepalanya meski belum terlihat terlalu menyusut tapi harapannya tidak bertambah. Setelah beberapa hari pasca operasi tak ada tanda2 infeksi, dokter pun mengizinkan menjalani rawat jalan.
Operasinya sendiri berjalan lancar. di kepala sebelah kanannya di pasang selang tipis (shunt: atau istilahnya pipisan) yang disalurkan dibawah jaringan kulit untuk selanjutnya menuju lambung sebagai saluran pembuangan cairan berlebih dari otaknya. []
Uluran tangan Anda sangat membantu mengurangi beban mereka. Silahkan Berdonasi, Klik disini!