Meski cobaan penyakit datang beruntun, mulai dari sakit jantung, batuk rejan, diare dan syaraf terjepit, La Okta Fahlewi (44 tahun) tetap bersabar. “Penyakit Allah yang ngasih Mas, kita hanya bisa terus berusaha dan sabar saja,” tegasnya.
Paska operasi penggantian katup jantung sebelah kanan pada Rabu (3/7), penjual obat herbal ini sampai sekarang masih harus berbaring di rumahnya dan belum bisa beraktivitas seperti sediakala. Berbeda dengan pasien lain yang sudah pulih dan beraktivitas seperti semula —meski sama-sama dioperasi pada waktu yang sama— warga Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta Pusat ini masih membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk pulih.
Pasalnya, dua minggu setelah operasi, ring pengikat tulang rusuknya kembali lepas, ditambah dengan luka bekas operasi — sepanjang 30 cm dari dada sampai ke perut— semakin menganga serta mengeluarkan darah dan nanah akibat batuk rejan yang berkepanjangan.
Akhirnya pada Senin (29/7) La Okta menjalani operasi yang kedua. Setelah tujuh hari rawat inap, ia pun dibolehkan pulang. Namun, pada Sabtu (7/9), dari luka bekas operasi keluar cairan dan pada saat yang bersamaan, ia terkena diare. Kontan saja kondisi fisiknya semakin lemah. Bahkan tiga hari kemudian, buang airnya disertai dengan darah.
Kondisi ini, tentu membuat keluarga panik. Tanpa pikir panjang, keluarga membawanya ke RS Harapan Kita. Setibanya di RS, ia langsung mendapatkan perawatan intensif dari tim dokter yang dikepalai oleh dr. Rarsari. Alhamdulillah, sekarang kondisi La Okta mulai membaik.
Sakit yang berkepanjangan tentu membuat kondisi ekonomi keluarga juga terganggu. Dia tidak bisa menafkahi keempat anaknya seperti biasa. La Okta yang kesehariannya berjualan obat herbal ini terpaksa harus pinjam ke sana kemari. Saudara-saudaranya pun sudah terlalu banyak membantu dan sampailah pada batas kemampuan mereka.
“Untuk makan sehari-hari saya terpaksa menyuruh anak yang paling besar Feby (20 tahun) meminjam uang ke tetangga,” ungkap La Okta.
Meski biaya operasi dan rawat inap itu ditanggung pemerintah. Namun ada juga obat yang tidak ter-cover. “Untuk menebus resep itu saya harus meminjam uang. Kini utang saya cukup besar,” cerita La Okta.
Cobaan yang menimpanya ternyata tidak cukup sampai di situ. Karena terlalu banyak berbaring, saraf bagian kaki dan pinggulnya terjepit. Saat ini keluarga semakin bingung, karena untuk penyakit ini pemerintah tidak menjaminnya. Akhirnya La Okta kembali mencari pinjaman untuk berobat jalan.
Tohariyah (42 th) istri tercinta dan anak-anaknya selalu mendampingi. Harapan Tohariyah, suaminya dapat kembali sehat dan beraktivitas seperti semula.
Bagi muzaki yang ingin mengurangi beban La Okta, dengan membantu menutupi utang yang digunakan untuk menebus obat dan biaya berobat jalan, dapat menyalurkan dana zakat atau pun infaknya melalui BWA. Klik disini!