Pada zaman dahulu maupun dewasa ini, selalu saja ada orang orang yang mengingkari adanya Tuhan, yang biasa disebut dengan atheisme. Apa maknanya ini ?
Manusia telah menyembah alam raya secara total karena merasa tidak cukup dengan hanya menyembah sebagiannya saja, lalu disematkan kepada alam raya segala sifat ketuhanan. Alam raya , menurut keyakinan mereka, mampu menciptakan dan memberikan rezeki, memberi nikmat dan menahannya, menghidupkan dan mematikan, mengatur, berbuat, menyusun dan menjadikan.
Mereka mengklaim bahwa manusialah yang paling agung dalam alam raya ini, yang seterusnya membawa mereka terjerumus dalam penyembahan diri sendiri. Mereka juga menyakini bahwa manusialah sumber Tasyri’ (legislatif/pembuat undang undang) dan hakimiyah (yudikatif dan eksekutif) serta sumber segala perintah dan larangan.
Bagi mereka, manusia bebas untuk berbuat atau tidak, dan bebas melakukan segala sesuatu, dimana keyakinan seperti ini mengakibatkan ia dengan mudah dapat dikuasai hawa nafsunya dan kemudian menzalimi sesamanya.
Setiap mereka mengklaim dirinya tuhan. Filsafat komunisme mengangkat rakyat sebagai tuhan. Rakyat dapat berbuat apa saja yang dikehendakinya dan tidak ada yang dapat menyanggah keputusannya. Kemudian rakyat diwakili oleh beberapa person yang bertindak bagaikan tuhan tuhan. Akibat ulah tangan tangan mereka terjadilah berbagai tragedi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Misalnya, pada masa Stalin saja telah terbunuh 19 juta jiwa rakyat bangsa bangsa yang bernaung di bawah Soviet . (Begitupun dengan China, Jutaan Rakyat terbunuh dalam berbagai revolusinya, pen).
Kesimpulannya, atheisme hanyalah suatu corak dari kemusrikan. Ia tidak lebih dari perpindahan manusia dari bentuk kemusyrikan yang partikular (menyekutukan tuhan dengan sebagian alam) kepada kemusyrikan yang totalitas, dari kemusyrikan yang lahiriyah kepada kemusyrikan yang mendalam. Karena itu, manusia atheis memberikan sifat sifat ketuhanan kepada seluruh alam raya, setelah sebelumnya ia hanya memberikan sifat sifat tersebut kepada sebagian alam saja, pada akhirnya ia menyembah dan mengabdi kepada dirinya setelah sebelumnya menyembah yang lain.(dz)