Ustadz, ana mempunyai seorang teman ngaji yang sangat pinter namun dia juga sangat sombong, memang ana akui kalau dia berdakwah itu mempunyai cara yang sangat baik dalam menyampaikannya, namun akibat dari kelebihannya itu timbulah rasa sombong dari dirinya, ketika ana ingatkan dia malah mencaci-maki ana, apakah yang harus ana lakukan ustadz? Mohon bimbingannya, terima kasih.
Wassalamu’alaykum wr. wb.
Saudara Endha yang dimuliakan Allah swt
Al Ghazali mendefinisikan kesombongan adalah sebuah perangai yang ada dalam jiwa berupa kepuasan dan kecenderungan kepada penglihatan nafsu (jiwa) atas orang yang disombongi.”
Sedangkan Ibnul Qoyyim mengatakan bahwa kesombongan adalah melihat bahwa dirinya lebih sempurna dari orang lain. Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan bahwa kesombongan adalah menolak kebenaran dan melecehkan orang lain.
Kesombongan merupakan salah satu dari tiga pokok-pokok dosa selain dari hasad dan ambisius. Hal itu dikarenakan bahwa kesombongan dapat menyebabkan seseorang menjadi kufur terhadap Allah swt. Dikeluarkannya iblis dari surga Allah swt adalah dikarenakan keenggannannya melaksanakan perintah Allah swt untuk sujud kepada Adam dan merasa dirinya lebih baik darinya karena dia diciptakan dari api sementara Adam dari tanah, sebagaimana firman Allah swt :
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqoroh : 34)
Artinya : “Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al A’raf : 12)
Begitu halnya dengan Fir’aun dikarenakan kesombongannya merasa bahwa dirinya sangatlah berkuasa hingga mencapai puncak kesombongannya ketika mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan yang paling berkuasa.
Artinya : “Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: “Hai kaumku, Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; Maka Apakah kamu tidak melihat(nya)?” (QS. Az Zukhruf : 51)
Artinya : “Maka Dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (seraya) berkata:”Akulah Tuhanmu yang paling tinggi”. (QS. An Naziat : 23 – 24)
Ada beberapa macam sebab yang menjadikan seseorang memiliki sifat sombong, salah satunya adalah kesombongan yang disebabkan oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Said Hawwa didalam kitabnya “al Mustakhlash fii Tazkiyah an Nafsi” mengatakan bahwa demikian cepatnya kesombongan menjangkiti para ulama’ sehingga seorang berilmu pengetahuan mudah merasa tinggi dengan ilmu pengetahuannya, merasakan keindahan dan kesempurnaan ilmu pengetahuan dan merendahkan orang lain.
Kemudijan Said Hawwa juga menjelaskan tentang mengapa mereka menjadi bertambah sombong dengan bertambah ilmunya ? Beliau menjelaskan bahwa hal itu disebabkan dua hal :
- Karena ia menekuni apa yang disebut ilmu, bukan ilmu yang hakiki. Ilmu yang hakiki ialah ilmu yang mengenalkannya kepada Tuhan dan dirinya. Juga mengenalkan bahaya urusannya yang terletak pada perjumpaan dengan Allah atau terhalang dari-Nya. Hal ini pada gilirannya akan menimbulkan rasa takut atau tawadhu’ bukan kesombongan dan rasa aman dari siksa. Allah berfirman :Artinya : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir : 28)
- Karena dia menggeluti ilmu dengan batin yang kotor, jiwa yang buruk akhlak yang tidak baik. Ia tidak memperhatikan terlebih dahulu pensucian jiwanya dan pembersihan hatinya dengan berbagai macam mujahadah; juga tidak menempa jiwanya dalam ibadah kepada Tuhannya, sehingga batinnya tetap kotor. Jika ia menggeluti ilmu—apa saja—maka ilmu itu berhadapan dengan ruang yang buruk didalam hatinya sehingga hasilnya tidak pernah baik dan tidak tampak pengaruh kebaikannya.
Karena dampak yang luar biasa yang ditimbulkan dari kesombongan didalam diri seseorang para ulama bersepakat bahwa ia termasuk didalam salah satu dati dosa-dosa besar, sebagaimana disebutkan Imam azd Dzahabi. Didalam sebuah hadits yang driwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud disebutkan bahwa tidaklah akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat seberat atom dari kesombongan.” Dan kata-kata seberat atom menunjukkan bahwa sekecil apa pun kesombongan yang ada didalam diri seseorang dapat menjadikannya penghalang dirinya untuk mendapatkan surga Allah swt.
Tentunya siapapun dari kaum muslimin yang mendapati penyakit ini didalam dirinya maka segeralah dia mengobati dan membersihkannya, sekecil apa pun penyakit itu dan janganlah membiarkannya sehingga menjadi suatu dosa yang sulit untuk dihilangkan, sebagaimana diungkapkan oleh sebuah pepatah,”Sebuah gunung berasal dari tumpukan pasir.”
Begitu juga ketika seorang muslim melihat sebuah kesalahan, kemaksiatan dan dosa yang dilakukan oleh saudara muslim lainnya maka diharuskan baginya untuk mengingatkan dan menasehatinya agar ia tidak tenggelam didalam kesalahan dan kemaksatan yang dlakukannya dan mencegah penularan kemaksiatan tersebut kepada orang selainnya. Terlebih lagi apabila yang melakukan maksiat tersebut adalah orang yang dekat dengannya, seperti : saudara kandungnya, teman kantornya, teman pengajiannya dan lainnya maka mereka adalah lebih utama untuk mendapatkan nasehat dan pengingatan tanpa perlu dia merasa putus asa walau tidak mendapat sambutan positif darinya karena hati seseorang berada didalam genggaman Allah swt.
Diantara solusi-solusi untuk menghilangkan kesombongan dalam diri seseorang adalah :
- Mengingat keagungan Allah swt dan bahwa kebesaran dan keagungan hanyalah milik Allah swt, sebagaimana sabda Rasullah saw,”Keagungan adalah seledang-Ku dan kebesaran adalah sarung-Ku. Maka barangsiapa yang menentangku dalam salah satu dari keduanya maka Aku lemparkan (dia) kedalam neraka.” (HR. Muslim)
- Hendaklah dia mengenali dirinya secara baik dan juga Tuhannya. Said Hawwa mengatakan bahwa hal ni sudah cukup untuk menghilangkan kesombongan. Apabila dia mengenali dirinya secara benar maka da akan mengetahui bahwa dirinya lebih hina dari setiap yang hina dan lebih sedikit dari setiap yang sedikit; tidak ada sikap yang layak bagi dirinya kecuali tawadhu’, merendahkan dan menghinakan dirinya (dihadapan Allah). Apabila telah mengenal Tuhannya maka ia akan mengetahui bahwa kesombongan (keagungan) dan kebesaran kecuali bagi Allah.
- Bersikap tawadhu kepada Allah dengan amal perbuatan dan kepada makhluk dengan senantiasa menjaga akhlak orang-orang yang tawadhu, seperti halnya : Rasulullah saw dan orang-orang yang shaleh, sehingga beliau saw biasa makan di atas tanah seraya berkata,”Aku hanyalah seorang hamba, aku makan sepertihalnya seorang hamba makan.”
Wallahu A’lam
Ustadz Sigit Pranowo, Lc
Bila ingin memiliki karya beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini :
Resensi Buku : Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan…