langsung saya saya mau menanyakan tentang tafsir ayat-ayat ini :
5:114. Isa putra Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama”.
5:115. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia”.
Kapan Allah SWT menurunkan hidangan yang diminta oleh nabi Isa AS tersebut? karena disitu disebutkan bahwa Allah SWT akan menurunkan hidangan itu.
Kalau sudah pernah, hari raya apa yang dijadikan pengikut nabi Isa AS tersebut? Apakah sampai saat ini hari raya itu masih ada?
Terimakasih atas jawabannya,
Wassalamu’alaikum
Waalaikumussalam Wr Wb
Firman Allah swt :
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَاء تَكُونُ لَنَا عِيداً لِّأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِّنكَ وَارْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ ﴿١١٤﴾
قَالَ اللّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَن يَكْفُرْ بَعْدُ مِنكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لاَّ أُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِّنَ الْعَالَمِينَ ﴿١١٥﴾
Artinya : “Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan Kami turunkanlah kiranya kepada Kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi Kami Yaitu orang-orang yang bersama Kami dan yang datang sesudah Kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah Kami, dan Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama”. Allah berfirman: “Sesungguhnya aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), Maka Sesungguhnya aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia”. (QS. Al Maidah : 114 – 115)
Ibnu Katsir menyebutkan ayat ini menceritakan tentang “al Maidah” (hidangan) dan surat ini dinisbahkan kepadanya sehingga dinamakan “Surat al Maidah” yang merupakan karunia dari Allah swt kepada hamba dan rasul-Nya, Isa as tatkala Allah menjawab doanya dengan menurunkan (hidangan) tersebut. Lalu Allah menurunkan satu ayat dan mu’jizat-Nya yang luar biasa dan bukti yang kuat.
Sebagian imam menyebutkan bahwa kisah al Maidah ini tidaklah disebutkan didalam injil dan tidak pula dikenal oleh orang-orang Nasrani kecuali hanya oleh orang-orang muslim.
Imam al Qurthubi mengatakan bahwa kata ” تكون ” adalah sifat dari مائدة dan bukan sebagai jawaban. Al A’masy membaca ” تكن ” sebagai jawaban, dan maknanya adalah pada hari diturunkannya yaitu “hari raya bagi orang-orang pertama kami” yaitu orang-orang pertama umat kami dan yang terakhirnya.
Ada yang mengatakan bahwa hidangan tersebut diturunkan kepada mereka pada hari ahad di pagi dan sore hari karena itu mereka menjadikan hari ahad sebagai hari rayanya.
Ada yang mengatakan bahwa asalnya (kata ‘id) dari aada ya’uudu yang berarti kembali atu a’udu dengan huruf waw lalu diganti dengan huruf yaa dikarenakan huruf sebelumnya yang berharokat kasroh, seperti miizaan, miiqoot, mii’aad. Dan hari fitri dan adha disebut ‘id dikarenakan kedua hari tersebut senantiasa berulang setiap tahunnya.
Kemudian al Anbariy mengatakan bahwa dinamakan ‘id dikarenakan kembali bersenang-senang dan berbahagia yaitu hari kebahagiaan seluruh makhluk. Tidakkah anda melihat pada hari itu orang-orang yang dipenjara tidak dituntut, tidak diberikan sangsi, binatang liar dan burung-burung tidak diburu…
Ada yang mengatakan bahwa dinamakan ‘id karena setiap manusia kembali kepada kadar kedudukannya. Tidakkah anda menyaksikan perbedaan pakaian, peralatan dan tempat-tempat makanan mereka. Dari mereka ada orang-orang menerima tamu dan ada yang bertamu, dari mereka ada yang menyanyangi dan dari mereka ada yang disayangi.
Ada yang mengatakan bahwa dinamakan dengan ‘id karena itu adalah hari mulia sepertihalnya hari raya.. (al Jami’ Li Ahkam al Qur’an juz VI hal 367 – 368)
Dengan demikian tidaklah diketahui secara pasti hari raya yang dimaksudkan didalam suat al Maidah ini meskipun ada pendapat yang megatakan bahwa ia adalah hari ahad yang hingga sekarang dijadikan sebagai hari raya oleh orang-orang Nasrani.
Wallahu A’lam