Ustad sigit yang dirahmati Allah.
Saya seorang istri yang baru ditinggal oleh suami belum sampai 40 hari, masa pernikahan kami 35 tahun. saya merasa banyak dosa terhadap suami saya semasa hidupnya. karena saya merasa belum merawatnya dengan sempurna, belum sempat minta maaf disaat-saat terakhirnya, belum bisa menjadi istri yang baik bagi beliau.
Apa saya salah kalau saya selalu ingat kebaikan-kebaikan beliau semasa hidup, dan hal itu membuat saya semakin merasa bersalah, apakah hal ini tidak memberatkan beliau di alam kubur?
Apa yang dapat saya lakukan untuk menebus rasa bersalah ini, dan amalan apa yang dapat saya berikan untuk beliau, untuk menebus dosa saya terhadap beliau.
Syukron katsiron.
Wassalamu’alaikum wr, wb.
Ruswarni. Sumenep-Madura
Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Ruswarni yang dimuliakan Allah swt
Semoga Allah swt memasukan suami anda kedalam orang-orang yang mendapatkan rahmat-Nya dan menempati surga-Nya serta memberikan kesabaran dan ketabahan kepada anda dan keluarga.
Semua yang terjadi dan berjalan di alam ini adalah atas kehendak dan ketetapan-Nya, tak seorang pun mampu menghalangi-Nya. Sementara manusia dituntut untuk mengimaninya sebagai tuntutan dari keimanannya kepada Allah swt. Keimanan yang tidak boleh sedikit pun goyah hanya karena sesuatu yang menimpanya adalah sebuah ketidakenakan. Karena seorang yang beriman akan senantiasa meyakini bahwa apa pun yang menimpanya baik berupa kesenangan atau kesusahan adalah baik baginya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Shuhaib ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Saya terkagum akan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh perkara orang mukmin itu adalah baik baginya, dan keadaan itu tidak ada pada seorang pun kecuali pada orang mukmin. Jika ia mendapatkan kemudahan, maka ia bersyukur, dan hal itu adalah kebaikan baginya. Dan jika ia tertimpa kesempitan, maka ia akan bersabar, dan hal itu juga merupakan kebaikan baginya.”
Termasuk apa yang anda alami dengan meninggalnya suami anda maka yakinilah bahwa didalamnya terdapat kebaikan bagi dirinya, anda dan mungkin yang lainnya selama anda ikhlas menerimanya.
Adapun jika anda masih memiliki suatu kesalahan terhadapnya yang hingga meninggalnya belum mendapatkan pemaafan darinya maka kesempatan untuk meminta maaf telah berakhir dengan meninggalnya beliau. Hal itu didasari dari apa yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari qiyamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya”
Untuk selanjutnya yang dituntut dari anda adalah bertaubat kepada Allah swt, memohonkan ampunan baginya, mendoakannya agar beliau dimasukkan ke surga dan dihindari dari neraka-Nya, mengingat berbagai kebaikannya, menunaikan amanahnya—termasuk anak-anaknya—dan menyambungkan tali silaturahim dengan keluarga dan kerabatnya. Semoga dengan kesungguhan anda dalam melaksanakan hal-hal diatas bisa menjadi pendorong bagi suami anda untuk memafkan kesalahan-kesalahan anda terhadapnya kelak di akherat jika hal itu belum dimaafkannya ketika di dunia.
Wallahu A’lam
Ustadz Sigit Pranowo Lc
Bila ingin memiliki karya beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini :
Resensi Buku : Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan…