Saya pernah mendengar, bahwa Asma`ul Husna memiliki manfaat bila kita mengucapkannya. Seperti bila kita membaca ” Yaa Waarits” maka Allah SWT akan memperpanjang umur kita(Wallahu`alam). Begitulah yang saya ketahui dari sebuah buku yang saya miliki. Namun karena refrensi buku itu tidak cukup meyakinkan, maka saya bertanya mengenai hal ini. Mohon penjelasaanya!
Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Near yang dimuliakan Allah swt
وَلِلّهِ الأَسْمَاء الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
Artinya : “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.” (QS. Al A’raf : 180)
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah swt memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Siapa yang menghitungnya maka ia akan masuk surga.” (HR. Bukhori)
Al ‘Ashili mengatakan bahwa makna dari menghitung nama-nama-Nya adalah mengamalkannya bukan menghitung dan menghafalkannya karena apabila sebatas itu maka itu pun bisa dilakukan oleh orang-orang kafir maupun munafiq, sebagaimana hadits bahwa orang-orang khawarij juga membaca Al Qur’an sementara ia (bacaannya) itu melewati tenggorokan mereka.
Ibn Batthol mengatakan bahwa menghitung bisa dilakukan dengan lisan dan perbuatan. Siapa yang mengamalkan bahwa Allah swt memiliki nama-nama khusus seperti al ahad (Maha Esa), al Muta’al (Maha Tinggi), al Qodir (Maha Kuasa) dan yang lainnya maka wajib baginya untuk meyakini dan tunduk terhadapnya. Dan Allah mempunyai nama-nama yang disunnahkan untuk diikuti didalam makna-maknanya seperti ar Rohim (Maha Penyayang), al Karim (Maha Mulia), al ‘Afwu (Maha Pemaaf) dan lainnya. Dan disunnahkan bagi hamba-Nya untuk berhias dengan makna-maknanya dalam rangka menunaikan hak mengamalkannya maka inilah makna menghitung dengan amal. Adapun menghitung dengan lisan adalah mengumpulkan, menghafal dan berdoa dengannya walaupun dalam hal menghitung dan menghafal bisa dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman akan tetapi seorang mukmin dibedakan dengan keimanannya dan mengamalkannya. (Fathul Bari juz XIII hal 436)
Didalam hadits yang diriwayatkan Tirmidzi disebutkan ke-99 nama tersebut yaitu :
الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ الْغَفَّارُ الْقَهَّارُ الْوَهَّابُ الرَّزَّاقُ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الْخَافِضُ الرَّافِعُ الْمُعِزُّ الْمُذِلُّ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الْحَكَمُ الْعَدْلُ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ الْحَلِيمُ الْعَظِيمُ الْغَفُورُ الشَّكُورُ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ الْحَفِيظُ الْمُقِيتُ الْحَسِيبُ الْجَلِيلُ الْكَرِيمُ الرَّقِيبُ الْمُجِيبُ الْوَاسِعُ الْحَكِيمُ الْوَدُودُ الْمَجِيدُ الْبَاعِثُ الشَّهِيدُ الْحَقُّ الْوَكِيلُ الْقَوِيُّ الْمَتِينُ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ الْمُحْصِي الْمُبْدِئُ الْمُعِيدُ الْمُحْيِي الْمُمِيتُ الْحَيُّ الْقَيُّومُ الْوَاجِدُ الْمَاجِدُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ الْقَادِرُ الْمُقْتَدِرُ الْمُقَدِّمُ الْمُؤَخِّرُ الْأَوَّلُ الْآخِرُ الظَّاهِرُ الْبَاطِنُ الْوَالِيَ الْمُتَعَالِي الْبَرُّ التَّوَّابُ الْمُنْتَقِمُ الْعَفُوُّ الرَّءُوفُ مَالِكُ الْمُلْكِ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ الْمُقْسِطُ الْجَامِعُ الْغَنِيُّ الْمُغْنِي الْمَانِعُ الضَّارُّ النَّافِعُ النُّورُ الْهَادِي الْبَدِيعُ الْبَاقِي الْوَارِثُ الرَّشِيدُ الصَّبُورُ
Adapun terkait dengan angka 99 ini maka Imam Muslim mengatakan bahwa para ulama telah bersepakat bahwa hadits tersebut—yang menyebutkan angka 99—tidaklah membatasi nama-nama Allah swt. Hadits itu tidak bermakna bahwa Dia swt tidak memiliki nama selain nama-nama yang 99 itu. Adapun maksud dari siapa yang menghitung 99 nama ini masuk surga adalah sebagai informasi tentang masuk surga dengan menghitungnya bukan informasi tentang pembatasan nama-nama-Nya, sebagaimana disebutkan didalam hadits lainnya,”Aku berdoa kepada-Mu dengan segala nama yang Engkau namakan diri-Mu dengannya atau yang Engkau berkuasa tentang ilmu ghoib yang ada pada-Mu.” (Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XVII hal 7 – 8)
al Warits adalah salah satu nama dari nama-nama Allah swt yang mengandung arti mewarisi seluruh makhluk-Nya dan Dia-lah yang kekal setelah punah seluruhnya, sebagaimana firman Allah swt :
إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ
Artinya : “Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada kamilah mereka dikembalikan.” (QS. Maryam : 40)
وَإنَّا لَنَحْنُ نُحْيِي وَنُمِيتُ وَنَحْنُ الْوَارِثُونَ
Artinya : “dan Sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi.” (QS. Al Hijr : 23)
Al Qurthubi mengatakan bahwa maksudnya adalah—Kami (pulalah) yang mewarisi—bumi dan orang-orang yang ada diatasnya, tidak ada sesuatu pun selain Kami. Semisal dengan ayat ini adalah surat Maryam ayat 40. artinya Pemilik—sebenarnya—atas segala sesuatu adalah Allah swt adapun kepemilikan hamba-hamba-Nya hanya sebatas memiliki dan jika dia meninggal dunia maka yang tertinggal hanyalah anggapan—memiliki—maka Allah swt sebagai Pewaris, dari sisi ini.” (Al Jami’i Li Ahkamil Qur’an juz IX hal 381)
Adapun tentang apa yang anda tanyakan bahwa siapa membaca ” Yaa Waarits” maka Allah SWT akan memperpanjang umurnya—wallahu a’lam—saya tidak menemukan sumbernya.
Wallahu A’lam
-Ustadz Sigit Pranowo, Lc-
Bila ingin memiliki karya beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini :
Resensi Buku : Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan…