Saya adalah seorang ibu guru yang hampir setiap harinya mengajar di dua SMP berbeda di Jakarta Timur. Dikarenakan jarak diantara kedua sekolah tersebut tidaklah terlalu jauh sementara saya dituntut setelah mengajar di SMP pagi hari harus telah tiba di SMP siang hari sebelum bel masuk berbunyi maka saya menggunakan sarana ojek dengan sepengetahuan suami saya.
Hal Ini berjalan sampai beberapa bulan. Pada awalnya sikap saya terhadap supir ojek ini biasa saja, tidak banyak bicara namun pada akhirnya saya melihat dia bisa diajak bertukar-fikiran tentang masalah-masalah didalam keluarga kami. Saya mulai merasa ada saluran setelah sekian lama saya pendam sendiri terlebih sikap suami saya yang pendiam dan tertutup.
Namun tanpa saya sadari, simpati si tukang ojek ini berubah menjadi suka kepada saya. Saya pun kaget karena bagaimana mungkin, padahal kita sama-sama sudah mempunyai keluarga.
Tidak jarang dia kirim sms mulai dari sekedar menanyakan keadaan hingga perasaaannya kepada saya. Saya sering mengingatkan dia akan istrinya di rumah. Hingga suatu malam, sms dia yang berisi perasaannya kepada saya, lupa saya hapus dan terbaca oleh suami saya. Seketika itu juga suami saya marah dan memukuli saya kemudian dia membawa anak-anak kami ke rumah mertua saya, kebetulan rumah kami dengan rumah mertua saya tidak berjauhan. Dia mengancam akan menceraikan saya dan melaporkannya ke polisi.
Saya bingung ustadz ?! Apakah yang selama ini saya lakukan salah dan apa yang seharusnya saya lakukan? Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Wa’alaikumussalam Warohmatullohi Wabarokaatuh
Sungguh pekerjaan ibu begitu mulia sebagai seorang guru yang membimbing anak-anak bangsa ini menuju kecerdasan dan kemajuan. Semoga Allah swt memberkahi waktu-waktu ibu dan senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya kepada ibu serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang sedang ibu hadapi.
Upaya ibu untuk mengejar waktu mengajar di dua sekolah (pagi dan sore) dengan menggunakan ojek yang pengendaranya bukan berasal dari mahram ibu adalah tidak tepat dan dilarang oleh agama meskipun ibu telah mendapatkan idzin dari suami karena di situ terdapat khalwat.
Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah saw : “Tidak diperbolehkan seorang lelaki dan perempuan berkhlawat (berdua-duaan) kecuali jika perempuan itu disertai mahramnya. “ (HR. Muslim)
Khalwat ini dilarang oleh agama dikarenakan membuka peluang masuknya setan di antara anda berdua. Setan tidak akan pernah berdiam diri memanfaat peluang sekecil apa pun untuk mencari pengikut-pengikutnya. Dia akan menggoda dengan berbagai cara dan sarana. Dan suatu kemaksiatan biasanya akan menarik kemaksiatan lainnya yang kadar dan dosanya lebih besar. Hal ini dibuktikan dengan apa yang telah ibu alami. Berawal dari sekedar sapaan perkenalan hingga hal-hal lain yang menghiasi obrolan anda berdua sampai permasalahan keluarga yang berakibat munculnya simpati dan perasaan suka dia kepada ibu. Bahkan secara terbuka dia berani mengungkapkannya melalui sms padahal dia mengetahui bahwa ibu sudah memiliki keluarga.
Firman Allah swt : “Wahai istri-istri nabi. Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab : 32)
Dapat difahami sikap suami ibu yang marah setelah mengetahui apa yang terjadi sebagai ungkapan cemburu dan ini dibenarkan oleh agama. Islam melarang seorang laki atau suami yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap keluarga/istrinya yang dalam istilah fiqh disebut dayyuts.
Sabda Rasulullah saw : “Tiga golongan manusia yang Allah swt tidak akan melihat mereka pada hari kiamat yaitu orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki dan dayyuts.” (HR. An Nasai).
Untuk itu saya menyarankan hal-hal berikut :
- Agar ibu segera menghentikan menggunakan ojek yang dikendarai oleh laki-laki yang bukan mahram karena alasan diatas, syukur-syukur kalau ada dari anggota keluarga ibu (mahram) yang siap menggantikan posisi sopir ojek itu. Tentunya hal ini menjadikan jadwal mengajar ibu agak berantakan. Untuk itu cobalah ibu bicarakan permasalahan ini dengan pihak sekolah dan memintanya untuk mere-skedul jadwal mengajar ibu sehingga ibu bisa menggunakan fasilitas umum. Jika hal ini ternyata sulit diwujudkan maka ibu harus mengurangi jam mengajar di salah satu sekolah sehingga waktunya lebih luang. Tentunya pengurangan jam mengajar ini akan berimbas pada income ibu, tapi insya Allah meski income berkurang namun keberkahan bertambah. Dalam hal ini ibu tidak termasuk dalam kategori darurat karena ibu masih mempunyai pilihan meski harus mengurangi jam mengajar. Lain halnya jika seseorang yang dalam kondisi darurat dan terpaksa harus menggunakan ojek dan tidak ada pilihan lain maka ia diperbolehkan menaiki ojek namun tetap harus menjaga diri dari hal-hal yang bisa mengundang fitnah.
- Meski dalam permasalahan ini tidak sepenuhnya kesalahan ibu tapi ada juga kesalahan suami ibu karena itu semua atas sepengetahuannya tetap sebaiknya ibu mengawali untuk meminta maaf darinya. Insya Allah sikap mengawali minta maaf ini lebih baik ketimbang menunggu suami meminta maaf. Mudah-mudahan sikap ini akan meluruhkan emosiuya dan keinginanannya untuk memperpanjang masalah.
- Perbaikilah komunikasi antara ibu dengan suami, bisa jadi kemandekan komunikasi anatara ibu dan suami selama ini dikarenakan cara mengkomunikasikan suatu permasalahan atau mungkin waktunya yang kuang tepat.
Semoga penjelasan dan beberapa saran diatas bisa membantu ibu mendapatkan kembali kebahagian dalam rumah tangga dan mendapatkan bimbingan dari Allah swt. Amin.
Wa’alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh
Sigit Pranowo, Lc