Baru-baru ini saya mendapat artikel dr seorang teman tentang bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi. Adapun dalil2 yang digunakan adalah QS Al-Baqoroh : 258, QS Al-An’am : 78, QS Al-Kahfi : 17, QS Al-Anbiya : 33, QS Al-A’raf : 54, QS Az-Zumar : 5, QS Asy Syams : 1-2, QS Yaasiin : 37-40, dan juga HR. Bukhari no. 3199; Muslim no. 159
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar r.a dan matahari telah terbenam. Artinya:”Apakah kamu tahu kemana matahari itu pergi?” Dia (Abu Dzar) menjawab:’Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’. Beliau bersabda:”Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah Arsy, kemudian minta izin lalu diizinkan baginya, hampir-hampir dia minta izin lalu dia tidak diizinkan. Kemudian dikatakan kepadanya; Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari arah barat (tempat terbenamnya)
Mohon pencerahannya ustadz, hati saya benar2 gundah karenanya. Saya harap ustadz berkehendak menjawab hal ini. Sungguh bila memang benar itu adanya insya Allah saya yakin 100%.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya. Jazakallaahu Khairan Katsiron
Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
Waalaikumussalam Wr Wb
Diantara ulama yang mengatakan bahwa matahari yang mengelilingi bumi adalah Syeikh Ibnu Utsaimin. Beliau mengatakan bahwa hal itu ditunjukkan melalui lahiriyah dalil-dalil syar’iyah. Perputaran matahari menjadikan adanya pergantian antara siang dan malam diatas permukaan bumi, diantara dalil-dalilnya :
فَإِنَّ اللّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ
Artinya : “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” (QS. Al Baqoroh : 258)
Terbitnya matahari dari timur merupakan bukti yang jelas bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi.
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَآ أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ
Artinya : “kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS. Al An’am : 78)
Didalam ayat ini dijelaskan bahwa tenggelam tersebut terjadi dari matahari bukan terhadapnya, seandainya bumi yang berputar maka akan dikatakan, فلما أفل عنها (maka tatkala dia tenggelam darinya)
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ
Artinya : “Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Az Zumar : 5)
Perkataan يكور الليل على النهار (Dia menutupkan malam atas siang) yaitu mengitarinya seperti perputaran pada sorban, ini merupakan bukti akan perputaran malam dan siang terhadap bumi dan seandainya bumi yang mengitari keduanya maka akan dikatakan
يكور الأرض على الليل والنهار .
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ ﴿٣٨﴾
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ ﴿٣٩﴾
لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ ﴿٤٠﴾
Artinya : “dan matahari berjalan ditempat peredarannya demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin : 38 – 40)
Kata berjalan yang ditempelkan kepada matahari dan adanya ketetapan dari Sang Pemilik izzah dan ilmu menunjukkan bahwa perjalanan tersebut adalah hakiki dengan ketetapan yang pasti sehingga menimbulkan pergantian siang dan malam dan berbagai musim.
Ketetapan bagi bulan manzilah-manzilah (posisi-posisi) menunjukkan perpindahannya terhadap bumi dan seandainya bumi yang berputar tentunya bumilah yang memiliki manzilah-manzilah terhadap bulan. Kemudian tidak mungkinnya matahari mengejar bulan dan malam mendahului siang juga menunjukkan pergerakan matahari, bulan, malam dan siang.
Nabi saw bersabda kepada Abu Dzar r.a dan matahari telah terbenam. Artinya:”Apakah kamu tahu kemana matahari itu pergi?” Dia (Abu Dzar) menjawab:’Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’. Beliau bersabda:”Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah Arsy, kemudian minta izin lalu diizinkan baginya, hampir-hampir dia minta izin lalu dia tidak diizinkan. Kemudian dikatakan kepadanya; Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari arah barat (tempat terbenamnya). (Muttafaq Alaihi)
Kata-kata “; Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari arah barat (tempat terbenamnya).” Tampak begitu jelas bahwasanya matahari lah yang mengelilingi bumi dan karena perputarannya itu menjadikannya terbit dan tenggelam. (sumber : www.ahlalhdeeth.com)
Perputaran bumi mengelilingi matahari
Prof. DR. Manshur Muhammad Hasban Nabiy mengatakan bahwa manusia baik dari kalangan awam maupun para ahli sejak berabad-abad lalu setelah turunnya Al Qur’an menyakini bahwa bumi diam tidak bergerak.
Kalau begitu bumi tidak memiliki gerakan yang bisa dirasakan secara lahiriyah seperti gerakan matahari secara lahiriyah dari timur ke barat walaupun Al Qur’an Al Karim menegaskan kepada manusia tatkala diturunkan tentang pergerakan bumi semetara mereka merasakan bahwa bumi itu diam pasti mereka akan mendustainya, dan sungguh terdapat penghalang antara mereka dengan hidayah.
Dan diantara himah dan mukjizat yang luar biasa didalam metode menyadarkan manusia terhadap Kitab Allah swt tentang pergerakan bumi pada porosnya serta pergerakannya mengelilingi matahari berbeda dengan berbagai macam isyarat yang menghasilkan dua pergerakan itu dengan metode yang menganjurkan kita untuk melakukan riset terhadap keduanya sehingga merasakan nikmat Allah kepada kita yang hasilnya adalah pergerakan bumi. Dan sesungguhnya Al Qur’an telah mengisyaratkan tentang pergerakan perpindahan perputaran bumi mengelilingi matahari sebagaimana firman Allah swt
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya : “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.” (QS. An Naml : 88)
Sebagaimana diketahui oleh para ahli astronomi bahwa awan tidaklah bergerak sendiri akan tetapi perpindahannya dibawa oleh angin, demikian pula gunung-gunung yang dilihat oleh seseorang, dia mengira bahwa gunung itu tetap di tempatnya padahal dia bergerak dengan cepat juga sementara manusia tidak melihatnya.
Hal itu bukanlah dikarenakan gunung-gunung atau orang-orang yang melihatnya yang memindahkannya akan tetapi bumi yang berpindah dengan cepat di antariksa alam semesta sebagaimana kecepatan angin terhadap awan. Dan kedua-duanya adalah ciptaan Allah swt yang telah meneguhkan segala sesuatu, Dia lah Yang Maha Suci yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan dan Dialah swt yang menggerakkan bumi yang membawa gunung-gunung yang berjalan seperti perjalanan awan.
Inilah tafsir ilmiah terhadap kenyataan alam semesta didalamnya berupa peneguhan ciptaan-Nya yang menunjukkan akan kebesaran Sang Pencipta dan Kekuasaan Yang Maha Suci.
Para ahli tafsir klasik telah mengalami kekeliruan dalam mengambil pelajaran dari ayat yang memberikan isyarat akan kehancuran gunung-gunung sehancur-hancurnya pada hari kiamat !
Mereka perlu mendapat pemakluman dalam hal ini dikarenakan mereka belum mengetahui bahwa bumi bergerak dengan suatu gerakan, bukan harian maupun tahunan, karena itu mereka mengalami kekeliruan dalam memberikan arti terhadap apa yang menjadi tuntutan ilmiyah didalam sebuah ayat yang mulia serta lupa akan hal-hal yang menjadi mu’jizat bayani didalam ungkapan Al Qur’an yang menghalanginya untuk mengembalikannya (tafsir surat an Naml : 88, pen) kepada tafsir ukhrowi dikarenakan sebab-sebab berikut :
1. Gunung-gunung pada hari kiamat tidaklah ada dikarenakan ia akan berantakan dan hancur lebur, sebagaimana firman Allah swt :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا
Artinya : “dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: “Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya” (QS. Thaha : 105)
وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ
Artinya : “dan apabila gunung-gunung dihancurkan.” (QS. At Takwir : 3)
Bagaimana manusia dapat melihat gunung-gunung yang telah hancur lebur dan tidak ada kesempatan pada hari itu untuk memikirkan gunung-gunung dan yang lainnya pada waktu yang diliputi dengan suasana mencekam dan mengerikan sebagaimana firman Allah swt :
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ
Artinya ; “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya.” (QS. Abasa : 34)
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
Artinya : “Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. Abasa : 37)
2. Firman Allah swt :
“…kamu sangka dia tetap di tempatnya“”
Hal itu terjadi di dunia bukan di akherat, dan dunia adalah negeri yang penuh dengan berbagai kemungkinan dan dugaan sedangkan akherat adalah negeri yang penuh dengan keyakinan, sebagaimana firman Allah swt :
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
Artinya : “dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.” (QS. At Takatsur : 7)
3. Firman Allah swt diakhir ayat :
إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An Naml : 88), maksudnya Maha Mengetahui apa-apa yang kalian kerjakan sekarang di dunia dan akherat adalah negeri pembalasan bukan negeri untuk beramal atau bekerja.
4. Firman Allah swt :
صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya : “(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.” (QS. An Naml : 88) memberikan isyarat kepada dunia dikarenakan kehancuran, kerusakan dan keruntuhan pada hari kiamat tidaklah dinamakan dengan shun’an (perbuatan) dan tidak juga termasuk dalam ‘itqon (kekokohan), sebagaimana disebutkan oleh DR. Al Ghamrawi dan az Zamakhsyari sajalah yang mengetahui dengan perasaan yang fashih akan ketidaksesuaian antara firman Allah صنع الله اللذى أتقن كل شيء dengan kehancuran gunung-gunung pada hari kiamat.. dia mengatakan,”Makna hari ditiupkannya sangkakala, begini dan begitu, Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang berbuat baik dan mengadzab orang-orang yang jahat.”
Kemudian berkata صنع الله maksudnya adalah pemberian pahala dan sangsi. Dan menjadikan صنع (perbuatan) ini diantara kalimat segala sesuatu yang diteguhkan, dan dipakainya kalimat itu sebagai hikmah dan kebenaran hingga akhir perkataannya yang kemudian banyak ditentang oleh selainnya seperti Abu Hayyan walaupun mereka semua belum mengetahui isyarat ayat ini terhadap pergerakan bumi !
Dan seandainya Az Zamakhsyari dan Abu Hayyan mengetahui apa yang kita ketahui pada hari ini berupa perputaran bumi mengelilingi matahari dengan cara-cara yang jelas dan pergerakannya di antariksa serta apa yang telah ditetapkan oleh sunnah ilahiyah yang rinci dan apa-apa yang memberikan manfaat kepada manusia pasti mereka akan mengagungkan Allah dan bersegera kepada makna yang terdapat didalam ayat serta membuat perumpamaan dengan bukti-bukti kongkrit lagi nyata dan mereka akan mengetahui ajakan didalam “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” (QS. An Naml : 88)
Ia adalah ajakan yang ditujukan kepada manusia saat ini pada zaman iptek dan di setiap zaman yang akan datang yang menunjukkan akan satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar sebagai sebab mendapatkan hidayah dari Allah sebagaimana Allah menunjukkan didalam dua ayat sebelumnya akan pergerakan kumparan pada bumi dialam firman-Nya
أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِيَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya : “Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. An Naml : 86)
Susunan perkataannya menunjukkan pergerakan bumi di dunia yang menjatuhkan argumentasi para ahli tafsir klasik bahwa ayat :
وَيَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاء اللَّهُ
Artinya : “dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (QS. An Naml : 87)
Didalam kedua ayat tersebut terdapat isyarat terhadap penafsiran akherat dengan hancurnya gunung-gunung pada hari kiamat, Imam Asy Syeikh Asy Sya’rawi mengatakan bahwa perumpamaan Al Qur’an مر السحاب (sebagai jalannya awan) menjadikan kita bertanya-tanya.
Mengapa Allah tidak mengatakan مر الرياح (jalannya angin), مر العواصف (jalannya angin angin topan) مر الأمواج (jalannya ombak) atau lafazh yang lainnya.. dikarenakan awan tidaklah bergerak sendiri akan tetapi didorong dengan suatu kekuatan yaitu kekuatan angin, dengan ini Allah swt menyadarkan kita bahwa pergerakan gunung di sini bukanlah pergerakan dengan sendirinya seperti pergerakan bumi dan sebagaimana pergerakan angin akan tetapi gunung-gunung berjalan dihadapanmu sebagaimana pergerakan awan yaitu bergerak dengan pergerakan bumi dan mengapa Allah swt tidak mengatakan …. “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan, berlari atau bergerak…?” Karena itu Allah swt menghindari lafazh-lafazh yang menunjukkan bahwa gunung-gunung bergerak dengan sendirinya, inilah i’jaz (keagungan Al Qur’an)
Prof. Manshur juga menjelaskan bahwa betul telah dibuktikan secara ilmiyah bahwa bumi berputar mengelilingi matahari sekali setiap 365,25 hari dengan kecepatan perputarannya mencapai sekitar 67.000 mil/jam dan itu didalam orbit setengah diameternya yang sekitar 93.000.000 mil, dan dengan ini bumi tetap tegak diatas porosnya dan tidak melemparkan kita dari permukaannya.
Kembali kepada surat An Naml : 86 – 88 bahwa ayat yang pertama menunjukkan kenyataan salah satu pergerakan bumi, yaitu pergerakan pada porosnya dengan pergantian malam dan siang, sebagaimana firman-Nya :
أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِيَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا
Artinya : “Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi?” (QS. An Naml : 86) dan isyarat pada ayat ketiganya tentang pergerakan lain dari bumi didalam firman-Nya :
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya : “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.” (QS. An Naml : 88)
Pergerakan Bumi Bersama Matahari
Kita telah mengetahui sejak abad XVI M bahwa bumi berputar pada porosnya serta mengelilingi matahari kemudian terjadi penjelasan pada abad XX M bahwa matahari tidaklah diam di pusat seluruh planetnya, akan tetapi bergeraknya dengan dua gerakan didalam galaksi bima sakti, sebagaimana berikut :
1. Pergerakan matahari secara serasi dengan bintang-bintang galaksi disekitarnya dengan kecepatan 43.000 mil/jam terhadap bintang vega.
2. Pergerakan matahari pada saat yang sama mengelilingi pusat galaksi dengan kecepatan perputarannya mencapai 54.000 mil/jam.
Dan dimana seluruh planetnya—yang sembilan dan satelit-satelitnya termasuk bumi dan bulannya, ikatan-ikatan planetnya serta komet-kometnya—menyertai matahari sementara kita diatas bumi akan bergerak bersama matahari didalam gerakan pertama dan kita berputar bersama matahari didalam gerakan kedua di alam galaksi.
Dan suatu kebenaran yang mengagumkan adalah bahwa kedua gerakan tersebut sempurna analoginya… sebagaimana disebutkan didalam Al Qur’an Al Karim :
1. Pergerakan matahari.
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Artinya : “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.” (QS. Yaasin : 38)
Kata kerja تجرى (berjalan) tampak sesuatu yang nisbi dimata manusia akan pergerakan matahari setiap harinya dari timur ke barat, ia adalah gerakan yang menipu bagi matahari karena yang bergerak adalah bumi, bumilah yang berputar mengelilingi dirinya dari barat ke timur sehingga tampak bagi kita bahwa matahari yang begerak secara nisbi ke arah yang berlawanan dengan gerakan pohon apabila anda lihat dari jendela kereta api… Hal inilah yang tidak diketahui oleh para ahli tafsir klasik.
(والشمس تجرى) “matahari berjalan” merupakan mu’jizat ilmiyah yang besar yang tidak terfikirkan oleh seseorang sehingga disingkap oleh para ahli fisika antariksa setelah tersedianya alat-alat teropong dan memungkinkan tafsir dengan efek doppler yang memunculkan penyingkapan terbesar dipertengahan abad XX ini dan Maha Suci Allah yang menjadikan gumpalan dari api sebanding kurang lebih dengan 333.000 kali gumpalan bumi berputar di kerajaan Allah dengan kecepatan 43.000 mil/jam.
Selanjutnya firman Allah لمستقر لها “ditempat peredarannya” … sebenarnya bahwa tempat peredaran yang menjadi akhir dari pergerakan matahari adalah diantara perkara yang ghaib yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui yang menetapkan pergerakan dengan keadaannya yang berakhir sampai tujuannya pada waktu yang hanya Allah saja yang mengetahuinya sebagai petunjuk akan berakhirnya matahari pada masa yang akan datang sebelum atau saat terjadi kiamat.
Beliau juga mengatakan bahwa sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa makna tempat peredaran adalah pergerakan matahari secara lahiriyah dan merubah posisinya di sebelah timur dan barat pada orbit satu tahun dan kembali lagi secara lahiriyah setiap tahun antara ujung kedua tempat itu, matahari sampai ke ujung keduanya itu pada waktu musim dingin dan musim panas dan tidak menyalahi keduanya dan setiap tempat dari kedua ujung itu memiliki tempat peredarannya.
Menurut pandangan para ahli tafsir, yaitu sekali pada waktu musim dingin dan sekali pada waktu musim panas karena mereka menetapkan bahwa matahari apabila tiba di salah satu dari kedua tempat itu maka ia mulai untuk kembali secara bertahap sehingga tiba di tempat yang lainnya selama enam bulan. Ini bukanlah tempat peredaran kecuali apabila dilihat dari aspek majaz, dan kita memaklumi para ahli tafsir dikarenakan mereka belum mengetahui bahwa pergerakan lahiriyah matahari merupakan hasil dari pergerakan bumi mengelilingi dirinya sendiri setiap hari dan mengelilingi matahari setiap tahun.. dengan ini jelaslah mukjizat (keagungan) didalam ayat di surat Yaasin “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”
Subhanallah ternyata Al Qur’an mengatakan kepada setiap manusia yang berbeda dengan akal dan zaman mereka, dan yang terpenting di sini adalah bahwa bumi bergerak bersama matahari di angkasa raya.
2. Pergerakan matahari pada orbitnya mengelilingi galaksi.
Telah dibuktikan melalui teropong pada masa kini bahwa matahari adalah bintang didalam galaksi bima sakti yang mencakup 130 juta bintang seperti matahari kita yang tersebar di cakram galaksi yang cembung di pusat dengan ketebalan mencapai 10.000 tahun cahaya dan diameter galaksi mencapai 100.000 tahun cahaya sedangkan letak matahari berada pada 33.000 tahun cahaya dari pusat dan itu pada salah satu lintasan yang berputar bersama matahari mengelilingi pusat galaksi sekali setiap 250 juta tahun dengan kecepatan putaran matahari mencapai 540.000 juta mil/jam.
Sungguh suatu kecepatan yang sangat kencang dan konstan bagi matahari dan bumi kita yang menyertainya tanpa kita merasakan perputaran angkasa raya ini dan yang telah ditunjukkan Al Qur’an dua kali didalam firman-Nya :
لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Artinya : “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yaasin : 40)
Artinya : “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al Anbiya : 33)—(sumber : www.55a.net)
Prof. DR. Manshur Muhammad Hasban Nabiyy adalah penulis buku “I’jazul Qur’an fii Aafaqiz Zaman wal Makan” (Keagungan Al Qur’an di cakrawala zaman dan tempat)
Wallahu A’lam.
Ustadz Sigit Pranowo Lc
Bila ingin memiliki karya beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini :
Resensi Buku : Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan…