Ustadz, menurut pengetahuan yang saya peroleh, jin itu ada yang muslim dan ada yang kafir. Apakah kafir atau muslim itu adalah pilihan jin sendiri? Kalau memang pilihan, apakah berarti jin juga diberi akal seperti manusia?
Terima kasih atas jawaban ustadz, wassalamu’alaikum wr. wb.
Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Yusuf yang dimuliakan Allah SWT
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَٰلِكَ ۖ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
Artinya : “Dan Sesungguhnya di antara kami ada (jin-jin) yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al-Jin [72] : 11)
Artinya bahwa sebagian dari kalangan jin ada yang senantiasa berbuat kebaikan sementara sebagian lainnya tidaklah demikian, sepertihalnya manusia ada diantara mereka yang berbuat baik namun tidak sedikit dari mereka yang berbuat buruk, ada yang beriman kepada Allah namun ada pula yang kufur terhadapNya.
وَأَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَىٰ آمَنَّا بِهِ ۖ فَمَن يُؤْمِن بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَلَا رَهَقًا
وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ ۖ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَٰئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا
وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا
Artinya : “Dan Sesungguhnya di antara kami ada (jin-jin) yang taat dan ada (pula) yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, Maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, Maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam.” (QS. Al jin [72] : 13–15)
Didalam kitab “al Mausu’ah al Fiqhiyah” disebutkan bahwa para ulama telah bersepakat bahwa jin pun mukallaf (terkena beban-beban syariah) dan yang dikenakan perintah berdasarkan firman-Nya SWT :
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat [51] : 56)
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا
يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ ۖ وَلَن نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا
Artinya : “Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya Kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu Kami beriman kepadanya. dan Kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan Kami,” (QS. Al Jin [72] : 1–2)
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِّن نَّارٍ وَنُحَاسٌ فَلَا تَنتَصِرَانِ
Artinya : “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman [55] : 34–35)
Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan adanya taklif (beban-beban syariah) terhadap mereka bahwasanya mereka diperintahkan serta dilarang.
Ketika disebutkan cercaan dan laknat terhadap setan-setan serta perlindung dari tipu daya dan kejahatannya, disebutkan pula apa-apa yang disiapkan Allah SWT bagi mereka berupa adzab, dan ini tidaklah dikenakan kecuali kepada mereka yang melanggar perintah dan larangan, melakukan dosa-dosa besar, melampaui batas-batasnya disertai dengan adanya kesanggpuan baginya untuk tidak melakukan hal-hal itu atau kemampuan untuk melakukan selain perbuatan demikian.
Di bagian lain disebutkan pula pendapat jumhur ulama bahwa jin mendapatkan pahala atas ketaatannya dan siksa atas kemaksiatannya, berdasarkan firman-Nya :
وَأَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَىٰ آمَنَّا بِهِ ۖ فَمَن يُؤْمِن بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَلَا رَهَقًا
وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ ۖ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَٰئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا
وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا
Artinya : “Dan Sesungguhnya di antara kami ada (jin-jin) yang taat dan ada (pula) yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, Maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, Maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam.” (QS. Al jin [72] : 13–15)
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا ۖ وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Artinya : “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf [46] : 19)
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
Artinya : “Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar Rahman [55] : 74)
Ibnu Hazm dan yang lainnya menceritakan dari Abu Hanifah berkata bahwa tidaklah ada pahala bagi mereka selain diselamatkannya dari neraka karena disebutkan didalam al Qur’an tentang mereka “Dia mengampuni dosa-dosa kalian” dan pengampunan tidaklah mengharuskan pahala karena ampunan adalah tabir.
Diriwayatkan dari Laits bin Abi Sulaim berkata, ”Pahala bagi jin adalah diselamatkan dari api neraka, lalu dikatakan kepada mereka,’Jadilah kalian tanah.” Diriwayatkan dari Abi Zannad berkata, ”Apabila para penghuni surga masuk surga dan para penghuni neraka masuk neraka. Allah berfirman, ”Bagi mereka yang beriman dari kalangan jin dan seluruh umat jadilah kalian tanah. Maka saat itulah orang-orang kafir berkata, ’Aduhai seandainya aku menjadi tanah (saja).”
Kemudian para ulama bersepakat bahwa jin-jin yang kafir kelak mendapatkan adzab di akherat, sebagaimana disebutkan Allah SWT didalam Al Qur’an
وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا
Artinya : “Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, Maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam.” (QS. Al Jin [72] : 15)
إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ
Artinya : “Dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad [47] : 12)
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa jin juga terkena beban-beban syariah dan kelak akan mendapatkan balasan dari ketaatannya atau siksa atas kemaksiatannya berarti mereka juga diberikan kemampuan (akal) untuk bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan, antara ketaatan dan kemaksiatan, antara perkara-perkara yang diperintahkan Allah dan dilarang-Nya karena atas dasar itulah seorang mukallaf mendapatkan ganjaran dari Allah SWT.
Wallahu A’lam
Ustadz Sigit Pranowo Lc
Bila ingin memiliki karya beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini :
Resensi Buku : Fiqh Kontemporer yang membahas 100 Solusi Masalah Kehidupan…