Assalamu’alaykum wr. wb.
Saat ini saya sedang menghadapi masalah yang menurut saya adalah maslah besar pak ustadz. Saya sudah berkeluarga dengan seorang istri dan dua orang anak (5 tahun dan 10 tahun).
Beberapa tahun yang lalu saya pernah selingkuh dengan wanita lain meskipun hanya pegang-pegang tangan dan cium tangan saja (tidak sampai berzina). Meski saya sudah lama (3 tahun lalu) bertobat pada Alloh, namun baru awal puasa kemarin saya mengakuinya kepada istri saya dan istri saya mau mema’afkan saya. Namun saya merasa sebenarnya istri saya sudah lama mengetahui hal itu namun diam saja.
Masalahnya begini pak ustadz, saya merasa diadu oleh istri saya dengan orang-orang yang pernah saya bicarakan. Apapun perkataan/perbuatan bahkan aib pribadi saya selalu sampai ke orang-orang yang saya bicarakan dengan istri saya. Sehingga seperti tidak ada satu rahasiapun yang dapat saya sembunyikan kepada orang lain bahkan soal hubungan ranjang dengan isttri saya.
Memang dulu saya sering membicarakan istri saya kepada orang lain (selingkuhan saya) dan membicarakan/menggibah banyak orang. Dan sepertinya istri saya saat ini membalasnya dan saya merasa bahwa ulama, pemuka lingkungan menggunakan istri saya sebagai alat untuk mengorek-korek aib saya apapun itu. Sehingga seakan-akan saya dibikin tidak betah hidup dengan istri dan dugaan kuat saya yang membuat itu semua adalah Istri saya.
Sepertinya istri saya melaporkan itu kepada hakim (ulama) dan lingkungan. Saya merasa diadu oleh istri saya dengan orang-orang disekitar saya yang pernah saya bicarakan bahkan hanya dengan istri saya. Bahkan hal-hal jelek saya di dalam rumah semuanya sampai ke orang-orang tersebut. Hampir-hampir saya gila pak ustadz. Tapi istri saya tidak pernah mengakui hal tersebut bahwa dia sebagai alat untuk membongkar aib-aib saya.
Saya pernah menanyakan hal tersebut kepada seseorang yang tidak kenal saya, bahwa kejadian tersebut menandakan bahwa Istri saya sebenarnya ingin saya menceraikannya sehingga saya dibuat tidak betah hidup dengannya. Karena dia pernah bilang bahwa dia tidak akan pernah minta cerai karena saya merupakan pilihannya sendiri. Sampai saat ini pertengkaran-pertengkaran kecil masih sering terjadi.
Yang mau saya tanyakan:
- Apakah cara istri saya ingin bercerai dengan saya tersebut dibenarkan secara syar’i?
- Apakah betul ada dugaan kuat dari pak ustadz bahwa istri saya tersebut memang minta saya menceraikannya?
- Bagaimana saya menyikapi masalah tersebut? apakah saya harus menceraikannya?
Terus terang saya sudah menyesalinya sejak lama dan menginginkan keluarga tetap utuh…
Sampai saat ini saya merasa Istri saya sebenarnya sudah tidak mau dengan saya dan menyuruh saya pergi secara halus (melalui orang-orang disekitarnya dan lingkungan) dengan selalu membuka aib-aib saya sekecil apapun kepada mereka dan mereka menyuarakan aib saya itu secara keras dihadapan saya… Setiap kata-kata saya selalu meluncur persis sama melalui mulut-mulut orang-orang yang pernah saya bicarakan dengan istri saya…
Demikian, terimakasih, mohon jawaban segera…
Assalamu’alaykum wr. wb.
Wa’alaykumussalam Wr. Wb.
Tujuan dari seseorang berumah tangga adalah agar mendapatkan ketenangan dan ketentraman di dalamnya dikarenakan adanya rasa saling mencintai, mengasihi, menyayangi, seperasaan dan senasib sepenanggungan di dalam menjalani kehidupan.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Ruum [30] : 21)
Untuk itu, islam telah menentukan hak-hak dan kewajiban masing-masing anggota keluarga serta kewajiban bersama mereka didalam mewujudkan berbagai tujuan diatas. Diantaranya adalah adanya upaya untuk saling menjaga kehormatan dan menutupi aib masing-masing.
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
Artinya: “Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).” (QS. An Nisa [4] : 34)
Islam melarang seorang suami atau istri mengungkapkan aib-aib masing-masing pasangannya kepada orang lain dengan tujuan yang tidak dibenarkan, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhori dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat."
Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, "Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar aib saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya."
Begitu juga larangan Islam dari menceritakan dan mengungkapkan rahasia hubungan mereka berdua di tempat tidur kepada orang lain berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Sa’id Al Khudri berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah pada Hari Kiamat ialah seseorang yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian suami menyebarkan rahasia istrinya."
Kemudian terkait permasalahan yang saat ini anda hadapi maka hendaklah anda bersabar, tidak bersegera mengambil kesimpulan bahwa keadaan seperti ini adalah sebuah isyarat agar anda menceraikan istri anda karena hingga saat ini pun anda masih belum mendapatkan kepastian bahwa itu semua telah dilakukan olehnya. Cukuplah bagi anda berpegang dengan lisan istri yang secara zhahir mengatakan bahwa dirinya tidak melakukannya. Adapun kebenaran dari perkataannya itu serahkanlah kepada Allah swt dan berdoalah semoga Allah memaafkannya jika dia berbohong.
Wallahu A’lam