Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh Menteri Pertahanan Turki, Jenderal Hulusi Akar. Akar juga memberikan respons keras terhadap sejumlah langkah yang diambil Yunani dan Prancis. Akar menyebut sikap anti-Turki yang diserukan Yunani dan Prancis adalah tindakan provokasi, dan hanya akan membuat ketegangan terus meningkat.
“Untuk meredakan ketegangan, beberapa orang hanya perlu diam. Mereka tidak pelu melakukan apa-apa,” ucap Akar dikutip VIVA Militer dari Orthodox Times.
“Presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah berulang kali berbicara mendukung Yunani dan menentang tindakan ilegal Ankara di (Laut) Mediterania Timur. Mereka juga menyerukan UE untuk melakukan hal yang sama dengan suara bulat,” katanya.
Bukan cuma Prancis, Italia, dan sejumlah negara Uni Eropa yang khawatir dengan situasi di Laut Mediterania. Amerika Serikat (AS) juga punya pandangan yang sama.
Menurut laporan yang diperoleh VIVA Militer dari The National Interest, Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Barat ternyata sudah lama menyimpan kekhawatiran jika konflik bersenjata antara Turki dan Yunani benar-benar terjadi.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, telah membuat pernyataan bahwa pihaknya sangat prihatin dengan situasi di Laut Mediterania.
Amerika yang merupakan salah satu anggota NATO, memandang jika asumsi serangan kolektif terhadap Turki sebagai hukuman akibat menyerang Yunani takkan bisa dilakukan. Hal ini tercantum dalam Pasal 5 NATO, yang menyatakan serangan terhadap kepada anggota aliansi dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota.
Akan tetapi, negara-negara anggota NATO dipastikan takkan bisa melancarkan serangan terhadap Turki. Pasalnya, Turki juga adalah salah satu anggota NATO yang sudah bergabung sejak 1952 silam.
Menurut laporan media Yunani, Ekathimerini, yang dikutip VIVA Militer, sikap NATO dalam penyelesaian konflik antara Yunani dengan Turki baru sebatas himbauan jalur diplomasi. Hal itu dinyatkan langsung oleh Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, 4 September 2020 lalu.
Konflik sengketa wilayah antara Turki dan Yunani, diprediksi bisa menjadi salah satu pematik terjadinya Perang Dunia III. Sebab, masalah ini menyeret sejumlah negara untuk melakukan intervensi. Konflik Turki-Yunani juga berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan China di Laut China Selatan. Dalam konflik itu, terdapat juga negara-negara yang sama yang juga terlibat dalam konflik Turki-Yunani.(viva)