Assalamualaikum wr. wb.
Ustadz saya mau tanya:
1. Bagaimana menempatkan posisi firman Alloh yangmengatakan bahwa segala sesuatunya telah ditetapkan olehNya, sementara Alloh memasukkan orang berdosa ke neraka, orang baik ke surga, sementara apapunyangakan terjadi dan telah terjadi hanya sesuai kemaunnya?
Bukankah kita tidak pernah meminta diciptakan? Bukankah kita juga ingin menjadi orang yang diridhoinya? Bukankah kita ingin ditunjukkan jalan lurus dan yang bathil? Bukankah setiap kita berharap surga, berharap bertemu Nya? Tapi mengapa setiap kali ingin berbuat perubahan ke arah kebaikan, selalu gagal? Kegagalan ini bukan hitungan sehari, dua hari.tapi sudah hingga detik ini sejak akil baliq.
Tolong ustadz, jelaskan bagian mana dari takdir kita yang dapat dirubah dan yang tidak dapat dirubah?
Tolong muat dan jawab pertanyaan saya ini, ustadz. Saya sangat menunggu.
Semoga ustd. diberkahi Alloh atas bantuannya.
Wassalam
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Siapa bilang takdir tidak dapat diubah? Kalau memang takdir tidak bisa diubah, buat apa Allah SWT memerintahkan kita untuk berdoa dan berusaha?
Lebih jauh dari itu, siapa pula yang memberi tahu kepada kita bahwa takdir kita akan begini atau begitu? Lalu atas asumsi itu, kita diam saja tidak bekerja atau berusaha, karena beranggapan semua pasti sudah ditentukan oleh Allah SWT.
Pemahaman seperti ini adalah sebuah manhaj aqidah yang keliru dan sesat. Dan tentu saja harus dihindari bila sampai merasuk ke dalam imajinasi kita. Kita harus berusaha dan bekerja, jangan sampai terhalang oleh pikiran kotor bahwa Allah SWT sudah mentaqdirkan dan mentok. Urusan taqdir itu urusan Allah, jangan dibawa-bawa ke ruang berpikir kita yang hanya akan menyebabkan kita jadi bingung sendiri.
Dan perlu diketahui bahwa bagi Allah SWT, tidak ada halangan untuk mengubah taqdir seseorang. Sebab Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa, Dia telah memerintahkan kita untuk berusaha, bekerja, mengeluarkan jerih payah dan berharap yang terbaik bagi diri kita. Lalu mengapa tiba-tiba kita berprasangka buruk kepada Allah SWT, bahwa diri kita sudah ditaqdirkan jelek dan nasib kita pasti buruk?
Ini adalah bentuk penyesatan syetan kepada manusia, yang dimain-mainkan dengan filsafata sesat gaya aliran Qadariyah dan Jabariyah. Golongan Qadariyah menganut paham bahwa segala sesuatu tergantung ketentuan-Nya dan segala konsekuensinya. Dan golongan Jabbariyah ada pada kutub lawannya, yaitu bahwa manusia terpaksa dengan pekerjaan-pekerjaannya tidak memiliki pilihan dan kemampuan
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc