Ass. wr. wb.
Ba’da tahmid wa sholawat. Di tengah maraknya pro dan kontra pada penggodogan RUU APP ada isu tentang Arabisasi. Bagi mereka yang menggulirkan isu tersebut berpendapat bahwa kebudayaan Islam merupakan bagian dari kebudayaan Timur Tengah yang telah menglobal ke seluruh penjuru dunia terutama bagi orang yang menganut agama Islam.
Salah satu contoh dari fenomena Arabisasi tersebut adalah pemakaian jilbab. Menurut mereka jilbab bukanlah bagian dari Islam tapi semata- mata merupakan bentukan budaya dari Timur Tengah. Saya juga mendengar bahwa jilbab dengan berbagai macam bentuk telah muncul sebelum Islam telah muncul itu sendiri. Karena para puteri bangsawan pada zaman dahulu kala sebelum Islam telah mengenakan jilbab sebagai tanda kebesaran.
Ustadz saya mohon penjelasannya. Karena jilbab yang saya tahu merupakan perintah dari Allah seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an surah An-Nur:31. Jazakumullah khairan Katsira atas penjelasan dari ustadz
Wass. wr. wb.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Anda tidak perlu bersusah payah memikirkan masalah pro kontra RUU APP ini. Petanya mudah dan sederhana sekali. Hanya antara al-haq dan al-bathil. Mereka yang mendukung diberlakukannya adalah orang-orang shalih yang peduli pada moral dan agamanya. Sedangkan yang menentangnya adalah orang tidak bermoral, berakhlaq rendah, tidak punya wawasan serta dadanya dipenuhi bisikan syetan.
Padahal tukang becak di pinggir jalan pun tahu bahwa pornografi yang marak di negeri ini memang diakibatkan tidak adanya aturan dan undang-undang yang tegas menindak semua bentuk pornografi.
Namun orang-orang yang hatinya sudah didominasi syetan nampaknya sudah kalap, hatinya pekat, takut bila syetan tidak punya tempat lagi untuk mencabik-cabik moral umat. Mereka sekarang sedang gelisah bak cacing kena garam. Deg-degan dan khawatir kalau-kalau RUU itu sampai disahkan DPR. Sebab salah satu pintu rejeki mereka akan tertutup, yaitu penghasilan dari menjual aurat serta mengeksploitasinya. Selain itu mereka pasti akan dimarahi habis-habisan oleh tuan mereka, yaitu iblis yang terkutuk, bila Indonesia sampai melarang pornografi.
Karena itu tindakan haram apapun pasti mereka lakukan demi tetap tegaknya kemaksiatan dan angkara murka di negeri ini. Iblis, syetan dan jamaahnya itu sudah kepalang basah ingin memasukkan bangsa ini semua ke neraka. Dan usaha mereka ini sudah setengah jalan. Kalau sampai ada kebenaran Islam diangkat, apalagi sampai mendapat dukungan DPR, adalah kiamat kubro buat mereka.
Karena itu mereka akan menggerakkan semua kader dan simpatisannya untuk berjuang sekuat tenaga agar kebatilan tetap berjaya, bahkan kalau perlu selama-lamanya.
Dan yang namanya memutar balik fakta serta logika untuk mengelabuhi masyarakat memang makanan sehari-hari mereka. Dusta, bohong, rekayasa dan pemalsuan sudah hal biasa buat mereka. Yang penting ide mereka tetap menang, walau tidak masuk akal sekalipun.
Argumentasi bahwa jilbab itu pakaian Arab sebenarnya sudah basi sekali. Lagu lama yang diaransemen ulang. Dari zaman biang sekuler gaek hanya itu-itu saja yang dimunculkan.
Padahal sejarah dengan jelas sekali menyebutkan bahwa sebelum turunnya ayat hijab, wanita Arab tidak berjilbab. Logika sederhananya, kalau wanita Arab sudah berjilbab, mengapa pula turun ayat yang mewajibkannya? Bandingkan dengan kebiasaan orang Arab naik unta, toh tidak ada ayat yang mewajibkan orang arab naik unta, kan? Sebab tiap hari mereka sudah naik unta, buat apa diperintah-perintah?
Pendeknya kalangan sekuler anti RUU APP itu sedang bingung, takut dan resah hatinya, karena melihat al-haq begitu banyak di mana-mana. Jilbab yang mereka hina sejak puluhan tahun yang lalu, ternyata justru semakin marak dan digemari.
Jadi mari kita saksikan dengan seksama, bagaimana ekspresi orang yang sedang cemas dan takut punah. Mereka sedang diambang kepunahan, mirip (mitos?) punahnya dinosaurus di masa lalu. Dan sebentar lagi anak-anak kita akan mengenal porgnografi tidak lebih sebagai sejarah purbakala di masa lalu.
وَقُلْ جَاء الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
Dan katakanlah, "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap." Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (QS Al-Isra’: 81)
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.