Ass. Wr. Wb.
Pak Ustadz, bagaimana sikap yang terbaik jika kita bertemu dengan peminta sumbangan untuk pembangunan masjid yang lokasinya-pun kita tidak mengetahui dengan jelas, apakah memberi atau tidak?
Terima kasih,
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dalam menyikapi apa yang anda sampaikan, kita harus seimbang antara ber-husnudzdzan dengan sikap berhati-hati.
Kita wajib berhusnudzdzan karena sikap seorang muslim memang harus demikian. Selalu berprasangka baik kepada setiap orang. Dan tidak menuduh yang bukan-bukan selama belum ada bukti yang kuat.
Husnudzdzan harus kita lakukan kepada sesama manusia. Dan kita dilarang memandang orang hanya sekedar dari penampilannya semata. Atau dari sekedar isu tertentu, atau opini yang berkembang. Kita dituntun untuk melakukan chek anda re-chek dalam menilai segala sesuatu, termasuk kepada para peminta sumbangan.
Memang banyak kasus yang terjadi, di mana para peminta sumbangan menjalankan edaran, padahal masjid atau proyek yang dikerjakannya fiktif belaka. Sumbangan itu ternyata dimakan untuk kepentingan pribadi, bukan sebagaimana yang ada di dalam surat edaran.
Modus seperti ini meski banyak terjadi, namun kita tidak boleh menggeneralisirnya. Karena boleh jadi tidak semua para pengedar edaran sumbangan seperti itu menipu. Ada juga yang benar-benar jujur dan sesuai dengan apa yang tertulis.
Beberapa Trik yang Boleh Digunakan
Kalau ada seseorang datang ke rumah anda menyodorkan edaran sumbangan pembangunan tertentu seperti demikian, tidak ada salahnya sesekali anda persilahkan orang itu untuk sekedar duduk sejenak, jangan terburu pergi. Ajaklah ngobrol secara baik-baik, mungkin sambil disuguhi minum atau makanan kecil, agar dia betah.
Perlahan tapi dengan cara tersamar, koreklah sedikit-sedikit keterangan dari orang itu. Kalau memang jujur, pasti dari rona wajah dan cara menjawabnya pasti terlihat.
Namun anda tidak perlu langsung menuduh dan memvonisnya sebagai penipu atau pembohong. Biarkan saja dia bercerita banyak tentang pekerjaannya sehari-hari. Tanyakan juga tentang teman-temannya, pimpinannya. Juga tentang keadaan proyek pembangunan yang sedang berjalan.
Dan tidak ada salahnya bila ketika pulang, anda selipkan uang seadanya, dengan niat anda memang bersedekah kepada orang itu, seandainya memang dia bohong. Tentu besar nilainya tidak perlu terlalu besar. Berilah sekiranya pantas yang dia terima.
Dan jangan sungkan-sungkan untuk memintanya datang lagi kapan-kapan, mungkin untuk sekedar ngobrol sambil makan cemilan di beranda rumah. Barangkali dengan pendekatan itu, anda bisa mendekatinya dan bisa tahu lebih banyak tentang apa yang sedang dikerjakannya. Bahkan boleh jadi dia justru akan dengan jujur mengakui perbuatannya kepada anda. Asalkan anda tidak bersikap menyalahkannya, tetapi memaklumi apa yang dilakukannya.
Barangkali dia memang miskin dan tidak punya pekerjaan lain kecuali hanya hal seperti itu saja. Dengan pendekatan seperti itu, boleh jadi anda malah bisa memasukkan nilai-nilai luhur tentang masalah kejujuran serta nilai bekerja dengan mengucurkan keringat secara.
Rasanya cara ini lebih baik ketimbang hanya memaki-maki atau menuduhnya penipu. Sebab belum tentu bisa menjadi solusi buat semua pihak.
Lagi pula kalau pun dia menipu, uang yang kita niatkan untuk sedekah insya Allah tidak akan sia-sia di sisi-Nya.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.