Assalamu ‘alaikum. Wr. Wb.
Ustadzt, Selama ini kebanyakan dari kita mengambil hikmah/pelajaran dari perjalanan Nabi Musa dan Khidir dari sisi Nabi Khidir. Artinya, Dengan seizin Allah, Nabi Khidir mengetahui apa-apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, sehingga Nabi khidir melakukan sesuatu yang diluar dugaan (misalnya, membunuh seorang bayi, melubangi perahu, dll) sehingga Nabi Musa melanggar perjanjian sebelumnya, yaitu tidak mempertanyakan apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir. Nabi Musa, boleh dikatkan gagal.
Namun, saya punya pemikiran, jika dilihat dari sisi Nabi Musa, apa yang dilakukan oleh Nabi Musa (mempertanyakan hal-hal yang di luar rasio/akal manusia) adalah benar. Nabi Musa mengajarkan kepada kita, untuk mempertanyakan segala sesuatu yang dilakukan orang lain (meskipun itu gurunya sendiri) hal-hal yang diluar pemikiran manusia. Nabi Musa adalah Nabi dan Rasul, sehingga Beliau wajib memberi contoh kepada Umat manusia apa yang seharusnya dilakukan.
Yang jelas, apa jadinya jika ada seseorang tiba-tiba membunuh seorang anak kecil kemudian dia berdalih yang dia lakukan meniru seperti apa yang dilakukan oleh nabi Khidir. Sekarangpun, Amerika bersiap menghancurkan Iran dengan dalih Proyek Nuklir di Iran besoknya akan dibuat Bom.
Bagaimana pendapat Ustadzt. Pelajaran apa yang bisa kita peroleh dari perjalanan Nabi Musa dan Khidir.
Terima kasih Ustadzt.
Wassalam Wr. Wb
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebenarnya ayat Quran yang mengisahkan pertemuan Nabi Musa dengan salah satu hamba Allah itu punya sebab turun (asbabun nuzul). Dari asbabun nuzul itulah barangkali kita bisa mengambil pelajaran.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa salah satu motivasi yahudi tidak mau beriman kepada Rasulullah SAW adalah karena mereka mengklaim bahwa mereka lebih mulia dari Muhammad SAW. Sebab ras mereka punya banyak nabi dan rasul. Bahkan mereka mengklaim bahwa mereka adalah bangsa Allah yang terpilih (sya’bullahil mukhtar).
Mereka mengaku paling banyak memiliki kitab yang turun dari langit. Mereka juga mengaku paling banyak punya nabi. Dan mereka mengaku paling mengerti sejarah para nabi, terutama Nabi Musa.
Klaim orang yahudi inilah yang ingin diruntuhkan oleh Allah SWT. Kalau mereka mengaku sebagai orang yang paling tahu dengan kisah para nabi, maka Allah menantang mereka, tahukah mereka tentang sepenggal kisah Nabi Musa ‘alaihissalam yang satu ini? Punyakah mereka kisah di mana Musa bukan sebagai orang yang paling berilmu, sebaliknya Musa digambarkan sebagai orang yang perlu belajar lagi kepada orang yang lebih tinggi ilmunya.
Tentu saja orang-orang yahudi kaget, karena seumur-umur mereka belum pernah mendengar kisah Musa bertemu dengan hamba Allah yang lebih tinggi ilmunya dan hidup di zaman Musa. Selama ini yang mereka tahu, orang paling besar di zaman nabi Musa adalah nabi Musa sendiri. Ternyata mereka keliru besar. Maka di dalam surat Al-Kahfi diceritakan secara lengkap kisah Musa yang belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Hikmah yang kita ambil dari pengungkapan kisah itu adalah diruntuhkannya klaim orang yahudi sebagai orang yang paling dekat dengan Allah. Ternyata tokoh mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan hamba Allah yang lain. Bahkan Allah SWT sampai tidak perlu menyebut nama hamba-Nya itu, lagi-lagi untuk menunjukkan bahwa Musa tidak lebih berilmu dari pada seorang no-body.
Jadi jangan merasa bangga dulu menjadi yahudi, jangan merasa menjadi bangsa Allah yang terpilih. Orang yahudi hendaknya malu kepada diri mereka. Sebab mereka membanggakan diri sebagai bangsa yang paling banyak punya nabi, ternyata giliran ada nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, mereka malah tidak mau beriman.
Kisah Musa dengan orang yang disebut-sebut kemudian sebagai nabi Khidhir oleh para mufassir itu tentu tidak mengajarkan bolehnya seseorang membunuh bayi, dengan alasan dia punya ilmu ghaib atau ilmu terawang. Sebab hamba Allah SWT yang seperti itu tidak ada di tengah umat Muhammad SAW. Demikian juga kisah itu tidak mengajarkan kita menerima konsep adalah dengan sosok immortal yang tidak mati-mati, sebagaimana kepercayaan sebagian kalangan.
Kisah itu hanya inginmemberi pelajaran kepada orang yahudibahwa seorang Musa yangmereka banggakan itu ternyatatidak lebih berilmu dari seorang hamba Allah lainnya. Maka dengan itu, pesan buat yahudi adalah: Jangankegedean rumongso, kata orang Jawa.
Sebaliknya, khusus tentang kajian nabi Khidhir sendiri, silahkan buka kajian kami sebelumnya.
Wallahu a’lam bishsawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc