Assalamulaikum wr wb,
Ustad yang semoga dirahmati Allah, sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena pertannyaan saya sebelumnya sudah di jawab oleh Ustad. Ada satu pikiran yang cukup mengganjal buat saya, ketika membaca pertanyaan tentang "Ya Rabbi bil Musthafa, Apa Hukumnya?"
Yaitu di dalam jawaban ustad yang saya kutip, "Bukankah saudara-saudara kita yang Nasrani, ketika menjadikan Nabi Isa as. sebagai tuhan, awalnya berangkat dari rasa cinta yang dalam, namun salah dalam bentuk ekspresinya…."
Yang jadi pertanyaan adalah dikalangan umat (Islam) dikenal bahwa Rasulullah Saw itu adalah KEKASIH ALLAH, sedangkan kita tahu bahwa Allah itu Tuhan yang Esa. Saya agak sedikit khawatir kalau kita termasuk yang bersifat berlebihan-lebihan, sama seperti mereka (Nasrani).
Terima kasih sebelumnya Ustad.
Wasalam
Asep Suryadi
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Lafadz habibullah seringkali dimaknai dengan sederhana menjadi kekasih Allah. Istilah kekasih dalam pengertian istilah umum seringkali bermakna pasangan pra nikah atau pacar. Tentunya kalau makna kekasih seperti ini yang dimaksud, tidak bisa dibenarkan. Karena Allah SWT tentu tidak pacaran atau pun juga tidak punya pasangan.
Lafadz habibullah lebih tepat dimaknai sebagai orang yang dicintai oleh Allah, meski agak panjang namun lebih selamat dari kesalahan interpretasi. Dan cinta dari Allah tidak terkesan sebagaimana kasih sayang pasangan asmara.
Perbedaan nyata yang lain bahwa bila Allah SWT mencintai salah satu hamba-Nya, maka cinta-Nya itu tidak mengalangiNya untuk mencintai hamba yang lain-Nya. Berbeda dengan kasih asmara yang cintanya terbatas pada orang tertentu. Bila pada saat yang bersamaan, ada dua orang yang dicintai, pelakunya dianggap mengkhianati cinta.
Sedangkan cinta Allah kepada hamba-Nya -termasuk Rasulullah SAW- tidak menjadikan Allah tersekutukan dengan makhluk. Juga tidak membuat Allah SWT jadi mirip dengan makhluk.
Sifat Allah yang mencintaihamba-Nya telah ditetapkan di dalam Al-Quran Al-Kariem dalam banyak kesempatan. Ada banyak kriteria dan sifat hamba-hamba-Nya yang secara tegas menjadi sebab bagi Allah SWT untuk mencintainya. Di antaranya:
1. Allah Mencintai Orang Muhsin
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang muhsin (QS. Al-Baqarah:195)
2. Allah Mencintai Orang Yang Bertaubat dan Mensucikan Diri
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqrah:222)
3. Allah Mencintai Orang Yang Bertaqwa
فَإِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran: 76)
4. Allah Mencintai Orang Yang Sabar
وَاللّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
Allah mencintai orang-orang yang sabar (QS. Ali Imran: 146)
5. Allah Mencintai Orang Yang Bertawakkal
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran:159)
6. Allah Mencintai Orang Yang Adil
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil. (QS. Al-Maidah: 42)
7. Allah Mencintai Orang Yang Berperang di Jalan-Nya
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS. Ash-Shaff:4)
8. Allah Mencintai Generasi Islam yang Spesifik
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas, lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah: 54)
Kalau kita buka hadits-hadits nabawiyah, kita pun mendapatkan lebih banyak lagi kriteria hamba yang Allah cintai. Dan cinta Allah SWT itu terbatas kepada Rasulullah SAW saja, namun juga kepada banyak orang yang memenuhi kriteria.
Dan tentunya, khusus untuk Rasulullah SAW, ada level kecintaan Allah SWT tersendiri yang lebih spesifik. Sehingga wajar pula bila salah satu julukan beliau adalah habibullah, yaitu orang yang dicintai Allah. Maka tidak salah bila kita menyapa beliau dengan julukan ini. Tidak ada unsur melebih-lebihkan dalam hal ini.
Wallahu a’lam bish-shawab, Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc