Assalamu’alaikum???
Salam kenal Ustadz!
Kebetulan saya, mengenal Ustadz saat I’tikaf di At-Tin yang lalu.
Begini Ustadz,
Menyikapi, perkembangan dunia media yang semakin menantang!
Pada akhirnya saya masuk kuliah dalam bidang broadcasting!
Sebagai muslim banyak pertimbangan dari saya mengapa saya berkeputusan akan hal itu. Yaa, melihat dari kondisi media sekarang yang sudah jauh dari nilai agama, banyaknya pengaruh sekulerisme & monopoli media dari pihak yahudi.
Terlebih media TV, yang notabene, di negara kita pun, walau disebut sbg negara termiskin kesekian, tetapi di setiap kepala keluarga setidaknya sudah mempunyai TV, sebagai kebutuhan PRIMER!
Maka dari itu, saya hanya ingin bertanya. Apakah akan ada media berupa TV, yang syarat akan nilai-nilai agama/syar’i kedepannya?
Kalaupun ada, mohon informasinya lebih lanjut! Dan kalaupun boleh saya dapat ikut bergabung nantinya!
Dan satu lagi, bagaimana agama Islam mengajarkan akan kita mengenai media?
Jazakalloh Khoiron Katsir!
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi waarakatuh
Selamat bertemu kembali diEramuslim.com, semoga i’tikaf kita pada Ramadhan kemarin diterima Allah SWT.
Membangun media televisi Islam?
Pasti, wajib, mesti, kudu dan harus. Hukumnya fardhu kifayah bagi umat Islam. Kalau sampai umat Islam di negeri ini tidak punya media sendiri yang besar, kuat, mandiri, netral, berwibawa, sehat secara fikrah dan finansial, maka 200 juta umat ini berdosa.
Sama kasusnya dengan bila ada mayat muslim yang tidak dimandikan, dikafani, dishalatkan dan dikuburkan, maka semua umat Islam menjadi berdosa karenanya.
Apalagi mengingat umat Islam habis dijadikan bulan-bulanan oleh semua media yang ada. Nyaris semua kompak menyudutkan umat Islam serta dengan paksa mendudukkan kita di kursi terdakwa. Jaringan koran, majalah, radio, televisi dan kantor berita seakan kompak dalam meruntuhkan bangunan Islam di negeri ini.
Ke depan, sudah bukan musimnya lagi kita sebagai muslim meributkan urusan internal kelompok, partai, fraksi, kepentingan ormas, jamaah kecil-kecil dan seterusnya. Kita harus secara bersama mengusung berdirinya koran Islam, yang sampai hari ini baru punya satu saja. Padahal mestinya kita bukan hanya punya satu, tapi sepuluh kalau perlu seratus koran Islam yang kompak, bersinergi dan bisa bermain cantik.
Cukup menggelikan memang, umat Islam ini hobinya bikin ormas sampai bikin partai baru. Sampai-sampai para pendukungnya sikut-sikutan rebutan konstituen sampai rebutan kursi. Tapi kok ngga ada ya yang rebutan bikin televisi untuk umat Islam? Padahal masih sedikityang menggarapnya, berarti lahannya masih terbuka luas. Sementara dari segi bisnis, sebenarnya tetap menjanjikan.
Secara umumnya media massa, kita butuh bukan hanya Sabili, Ummi, Ermuslim Digest saja, tapi kita butuh ratusan lagi majalah Islam yang berbobot, berkualitas, menarik isinya, bermanfaat untuk umat Islam. Dan yang paling penting, sehat keuangannya.
Dan ke depan, kita wajib punya jaringan televisi. Bukan sekedar satu atau dua stasiun televisi, tapi jaringan televisi yang tersebar di seluruh wilayah negeri ini, menjangkau semua wilayah NKRI, bukan hanya di kota saja tetapi masuk sampai ke pinggir peradaban.
Yang harus disiapkan sekarang ini bukan hanya modal besar, tetapi lebih dari itu kita perlu jutaan SDM, baik yang bersifat teknik maupun kebijakan. Kita juga butuh teknologi yang sudah semakin berkembang, di mana kita telah tertinggal puluhan tahun dari negeri lain.
Anda mungkin satu dari sekian juta umat Islam yang gregetan karena sampai hari ini nyaris belum ada satu pun televisi milik umat Islam. Kegeraman anda itu kami rasakanjuga di berbagai tempat, juga dari pemuda seperti anda.
Namun perlu diingat bahwa membangun stasiun televisi memang bukan hal yang murah, langkahnya pun tidak mudah, meski masa depannya tetap cerah.
Maka sebelum impian kita bersama tercapai, kita perlu juga membuat step demi step road map-nya. Mungkin tidak ada salahnya, untuk kalangan kita yang belum berduit, memulai dengan kemampuan dan kreatifitas seadanya dulu.
Sebelum bicara tentang TV broadcast yang pro, tidak ada salahnya kita juga memulai dari yang amatir, setidaknya potensi umat di wilayah amatir ini perlu dipertimbangkan. Sebab begitu banyak orang berhasil meski bermula dari amatiran dulu.
Membangun TV komunitas seperti TV kampus, TV Sekolah, TV Pesantren, TV di kapal laut, kereta api, hotel, rumah sakit dan tempat-tempat publik lainnya, kami kira perlu dipikirkan sebagai sarana latihan dan uji kemampuan. Selama ini rasanya belum ada yang menggarapnya secara serius dari umat Islam.
Belum lagi kalau kita bicara teknologi 3-G yang semakin marak. Seharusnya umat Islam punya situs internet berteknologi video streeming, semacam You Tube. Selain lebih murah, model ini bisa mengajak para pembacanya untuk ikut sharing meng-upload karya mereka. Sehingga bisa menjadi model TV masa depan yang menjadi terobosan.
Namun memilki stasiun teleisi konvensinal tetap perlu, karena biar bagaimana pun objek dakwah kita memang ada di sana. Barangkali tidak mengada-ada bila kita katakan bahwa lebih banyak jumlah pesawat televisi di negeri ini dari pada komputer. Maka pendirian stasiun televisi sendiri tetap wajib hukumnya bagi ummat Islam, apalagi mengingat jumlah umat Islam paling banyak di negeri ini.
Semoga cita-cita itu bisa segera menjadi kenyataan, dan semoga Allah SWT mendengar doa kita. Amien.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi waarakatuh
Ahmad Sarwat, Lc