Assalamu’alaikum wr. wb.
Langsung saja nih, pak Ustaz. Mumpung masih hangat dibicarakan di bulan ini berkenaan dengan HIV/AIDS yang menurut Dien kita adalah merupakan bentuk kemarahan Allah SWT terhadap manusia yang tidak mau mengikuti segala perintah dan larangan-Nya. Kebanyakan dari kita akan selalu su’udzon bila kita berjumpa dengan ODHA atau Orang Dijangkiti HIV AIDS bahwa ODHA tersebut pasti tingkah lakunya nggak bener, suka ganti-ganti pasangan atau jajan dan lain sebagainya.
Tetapi kalau melihat data-data yang diberitakan bahwa korban-korban virus tersebut tidak hanya yang bertingkah laku nggak bener saja, orang-orang yang taat beragamapun ada juga yang terjangkiti bahkan anak-anak yang tak berdosapun justru paling banyak terkena. HIngga kini sudah terdata 500.000 anak-anak yang meninggal dikarenakan virus tersebut.
Belum lagi sikap kita terhadap ODHA (penderita HIV/AIDS) di mana sering kali adalah menjauhinya, mengkucilkannya dari pergaulan sehari-hari. Alangkah sedihnya ODHA, yang tidak tahu kenapa dia terkena virus tersebut walaupun tidak pernah berbuat yang melanggar ketentuan agama?
Di samping itu, Virus HIV/AIDS juga sudah merambah ke wilayah negara-negara yang notabene adalah negara Islam, seperti negara-negara di Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia.(data terakhir 1 juta orang ODHA),
Yang menjadi pertanyaan saya, apakah para ulama kita hanya berdiam diri saja? Cukupkan hanya dibiarkan saja, melihat sudah begitu banyaknya penderita HIV/AIDS merambah dunia Islam? Apakah tidak ada cara pencegahan yang bisa diterapkan? Mungkin masyarakat kurang paham dengan esensi Islam sehingga mereka terjangkiti virus HIV/AIDS? dan bila berjumpa dengan anggota keluarganya terjangkiti hanya bisa mengucilkannya?
Sudah seharusnya para Ulama, kyai-kyai dan cendikiawan Islam kita bersama-sama mengadakan program yang realistis untuk mencegah umat muslim terjangkiti HIV AIDS, karena saya yakin ISLAM sebagai rahmatan alamin pasti memberikan jalan keluar yang terbaik untuk mencegahnya.
Mohon ma’af bila ada salah kata yang tidak mengena di hati.
Rgds,
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Tentu saja kita tidak boleh menggeneralisir bahwa semua penderita virus HIV/AIDS adalah pelaku zina. Kita juga yakin bahwa tidak semua ODHA merupakan para pendosa semua. Namun kita juga jangan mengalihkan masalah, sebab urusan penyakit AIDS itu memang berkisar dan bersumber dari zina yang dilanggar.
Kita sudah dilarang Allah SWT untuk mendekati zina. Allah tidak hanya melarang zina, tetapi sekedar mendekati saja sudah haram dan dilaknat. Tapi kalau masih ‘ngeyel‘ juga, jangan marah kalau azab turun.
Dan nyatanya, zina bukan hanya didekati, tapi dikerjakan secara langsung, bahkan secara rutin tiap hari, dengan terang-terangan, tanpa rasa takut pada tuhan, malah terus menerus dipromosikan lewat semua media, agar zina semakin meluas dan merakyat.
Semua film, sinetron, infotainment serta nyaris program TV tidak pernah berhenti dari mengajak zina, minimal menerimanya sebagai sebuah kewajaran, lalu setiap hari berita perzinaan terus menerus ditayangkan, bukan dengan rasa jijjik, tapi dengan bangga, sambil tertawa-tawa. Maka ketika Allah SWT menurunkan penyakit itu, sebenarnya Dia masih sangat sopan dengan tegurannya.
Semua Penyakit Ada Obatnya
Semua penyakit ada obatnya, kecuali sebuah penyakit yaitu penyakit tua. Itu adalah jaminan dari Allah SWT, sebagaimana telah disampaikan oleh utusan-Nya.
من حديث زياد بن علاقة عن أسامة بن شريك قال: كنت عند النبي صلي الله عليه وسلم وجاءت الأعراب فقالوا: يا رسول الله أنتداوى ؟؟ فقال, " نعم يا عباد الله تداووا فان الله عز وجل لم يضع داء إلا وضع له شفاء غير داء واحد " قالوا: ما هو ؟؟ قال, " الهرم "
Dari Hadits Ziyad bin ‘Ilaqah bin Usamah bin Syuraik berkata," Aku bersama nabi SAW, ketika itu seorang arab datang bertanya,"Ya Rasulullah, apakah kami diperintahkan untuk berobat?" Beliau SAW menjawab, "Ya, berobatlah wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan juga obatnya, kecuali satu penyakit." "Penyakit apa itu?" Nabi SAW menajwab, "Penyakit tua."(HR Bukhari, Abu Daud,An-Nasa’i, Tirmizy, Ibnu Hazm dengan sanad yang shahih)
Dalam lafadz lainnya disebutkan bahwa semua penyakit ada obatnya, hanya saja adakalanya obat itu ditemukan oleh sebagian orang dan ada kalanya tidak oleh sebagian orang lainnya.
وفي لفظ, " إن الله لم ينزل داء إلا انزل له شفاء علمه من علمه وجهله من جهله
Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan obatnya. Maka sebagian orang mengetahui obatdan sebagian orang tidak mengetahuinya. (HR Ahmad dalam Musnad )
Hadits kedua ini juga dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’.
Kita tidak boleh sombong untuk menolak bahwa memang Allah SWT menurunkan penyakit sebagai bentuk azab dan peringatan di dunia. Semua diakibatkan oleh kedegilan manusia juga. Azab dan peringatan itu tidak boleh dinafikan begitu saja.
Azab dan Peringatan Tidak Terbatas Buat yang Zalim Saja
Dan sebuah azab mungkin saja menimpa orangyang tidak bersalah, bukan terbatas hanya kepada orang-orang zalim saja di antara manusia. Hal itu mungkin saja disengaja, misalnya apabila kebejadan manusia sudah tidak tertahankan lagi. Lantaran sudah begitu merajalela, sangat memasyarakat dan seakan sudah menjadi kelaziman.
Maka boleh-boleh saja bagi Allah SWT menimpakan azab itu selain kepada orang zalim, juga kepada yang tidak zalim. Semua itu hak Allah SWT terhadap hamba-Nya. Sebagaimana firman-nya:
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. Al-Anfal:25)
Maksudnya perintah "Peliharalah dirimu" artinya hendaklah kalian takut, berhati-hati dan mengantisipasidatangnya bencana massal, yang menimpa semua orang secar random.
Peringatan ini berlaku bukan buat orang zalim saja, karena mungkin orang zalim memang sudah tidak ada gunanya lagi untuk diingatkan. Peringatan ini justru ditujukan kepada orang-orang baik untuk menghentikan perbuatan orang zalim dari maksiat dan kemungkaran. Jangan hanya didiamkan saja, harus dicegah, diperangi, dibasmi dan dihilangkan selamanya.
Kalau orang baik-baik mendiamkan saja perilaku seks bebas, kumpul kebo, bi-sex, sodomi, lesbianisme dan semua variannya, maka Allah ST sudah peringatkan bahwa mereka yang baik-baik pun akan ditimpakan azab juga. Hikmahnya agar orang-orang yang baik-baik itu tidak egois dengan kebaikannya dan menutup diri dari segala kemungkaran yang terjadi di sekelilingnya. Orang-orang baik itu akan dianggap sebagai orang tidak baik bila membiarkan saja terjadinya kemungkaran.
Orang-orang baik wajib dalam arti yang sesungguhnya untuk menghentikan sekarang juga pezinaan dalam bentuk apapun. Orang-orang baik diharamkan berlindung di balik kebebasan berekspresi, lalu santai-santai saja melihat kemungkaran merambah semua sudut kehidupan. Maka orang-orang baik pun ikut juga diazab, agar merasakan bahwa sikap diam mereka itu pun melahirkan murka dari Allah juga.
Yang Harus Dilakukan terhadap Virus HIV
Yang harus dilakukan bukan kampanye seks yang aman, atau membagi-bagikan kondom gratis, juga bukan berhenti pada sekedar mengasihi siapa saja yang terkena virus itu. Semua itu tidak akan ada gunanya dan tidak akan mengubah apa pun. Yang harus dilakukan sekarang ini adalah hal-hal berikut ini:
- Menghentikan semua tayangan seks dan yang sejenisnya di semua stasiun TV dan media, baik cetak maupun elektronik. Termasuk keberadaan para banci di semua programnya, baik sebagai penyanyi, pelawak atau pun pemain sinetron/film.
- Mengganti semua anggota LSF dengan korban-korban AIDS/HIV yang sudah merasakan langsung dampak negatifnya dan mengerti bahwa diri mereka adalah korabn seks bebas. Yang demikian itu agar lembaga ini mau bekerja dengan hati nurani yang paling dalam, bukan sekedar stempel formal yang bergigi ompong.
- Mencabut semua izin lokalisasi baik yang formal dan informal.
- Mengganti semua tempat hiburan mesum dengan jenis usaha yang halal dan bermanfaat positif buat masyarakat
- Menutup semua bentuk kehidupan malam yang hedonis, baik yang ada izinnya atau yang liar.
- Menutup semua jalur produksi dan distribusi keping-keping VCD porno, semi porno, berbau porno, nyaris porno, hampir porno, setengah porno, atau nyerempet porno dan segala variannya.
- Mengganti semua aparat yang melindungi pornografi dengan aparat yang masih punya idealisme sejati. Sebab semua pusat-pusat pornografi itu sudah ada datanya di tangan aparat dan juga masyarakat, hanya saja aparat tidak punya nyali untuk menutupnya. Mungkinkarena sahamnya dimiliki oleh orang ‘kuat’ yang lebih kuat dari aparat, ataudilindungi oleh ‘atasannya’ aparat.
- Menghentikan semua bentuk penyuluhan sesat tentang AIDS/HIV, seperti membagikan kondom gratis, atau mengajarkan seks (baca: zina) yang aman. Karena program seperti ini tidak pernah berguna dan tidak ada artinya. Sama saja menahan serangan tsunami dengan sekarung pasir. Seharusnya kalau tahu akan ada tsunami, lebih baik segera pindah cari tempat yang lebih tinggi menjauhi pantai. Karena tidak ada tsunami yang aman untuk dihadapi, sebagaimana tidak ada zina yang aman untuk dikerjakan.
- Membuat undang-undang anti pornografi serta melengkapinya dengan peraturan-peraturan teknisnya hingga sampai bentuk-bentuk hukumannya. Segera saja berhenti dari berdebat tentang definisi pornografi yang tidak ada habisnya, sebab tukang becak di pinggir jalan pun tahu apa itu gambar porno.
- Menghukum mati para pezina muhshan dengan disaksikan oleh semua pemirsa TV di negeri ini dengan siaran langsung. Tentunya setelah melalui proses pengadilan yang sah dan formal
- Marilah kita semua bertobat nashuha, mulai dari rakyat serta pejabat, atas sikap masa bodohnya dengan penyebaran paham seks bebas selama ini dengan berkedok kepada kebebasan seni dan ekspresi.
Kalau semua tindakan di atas sudah kita lakukan, boleh-lah kita berharap obat anti AIDS/HIV ditemukan oleh manusia. Tapi selama hal di atas masih berupa wacana, apalagi masih jadi perdebatan, maka korban-korban akan terus berjatuhan, bukan hanya pelaku zina, tetapi azab itu akan terus menerus merenggut nyawa manusia yang tidak berdosa, lewat berbagai cara penularannya yang dahsyat.
Tinggal terserah kita, mau obat atau tidak? Kalau mau obat, ya tobat.
Sayangnya, kalangan pendukung zina pasti mencak-mencak kalau membaca tulisan seperti ini. Sebab mereka merasa ruang geraknya dibatasi oleh agama. Bahkan boleh jadi mereka malah balik menyerang dengan mengatakan kita ini munafik lah dan sebagainya.
Akhirnya yang sesungguhnya jadi musuh kita ternyata bukan virus HIV, melainkan barangkali malah teman-teman kita sendiri, yang -sayangnya- otaknya sudah dipenuhi dengan beragam virus porno. Sehinggga apapun yang berbau porno dan mengarah kepada perzinaan, pasti akan dibelanya mati-matian. Sebaliknya, semua orang yang anti pornografi pasti dikatakan sinting. Nauzu billahi min zalik…
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.