Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Ustadz, sebut saja saya ci, ci ngajar di sekolah smp swasta di kota B. Kemarin ci dipanggil oleh kepala sekolah diminta untuk memberi nilai tambahan untuk siswa yang nilainya kurang. Ci menolak, karena hal ini sangat bertentangan dengan prinsip yang selama ini dipegang ci.
Akibatnya hubungan ci dengan kepala sekolahnya jadi renggang dan tidak sedekat dulu. Sebelumnya ci akan di angkat menjadi pembantu kepala sekolah oleh kepala sekolahnya. guru-guru lain pun menyarankan untuk memberikan tambahan nilai itu untuk siswa tersebut. Alasannya karena kasihan, jika harus ada siswa yang tidak lulus hanya karena satu mata pelajaran nilainya kecil. Saat ini ci bingung apa yang harus dilakukan, apakah ci harus keluar dari skeolah ini?
Kepala sekolah pun menyatakan jika ci mau keluar dan mencari sekolah yang lain, maka ci pun akan menemukan kondisi yang sama dengan sekolah ini. Ada beberapa hal yang menyebabkan ci berat meninggalkan sekolah ini:
1. Hubungan ci dengan siswa di sekolah sangat dekat, bahkan dalam waktu dekat siswanya siap dimentoringkan, dan 80% siswanya hanif.
2. pengaruh ci di Osis sangat besar, dibanding dengan pembina osisnya
3. Di kota ini, sekolah ini sekolah swasta yang sangat disiplin dan kemarin ketika perlombaan sekolah ini menjadi SMP teladan se kabupaten.
4. Hubungan ci dengan kepala sekolah sejak UN dan UAS menjadi buruk.
5. Ci sangat berhutang budi kepada kepala sekolahnya, karena beliau membantu ci dalam penelitian waktu skripsi.
Mohon masukannya ustadz, saat ini ci sangat bingung sekali, apa yang seharusnya ci lakukan. Ci tunggu secepatnya. jazakallah khoiron katsiiro untuk masukkannya.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Apa yang anda lakukan sebenarnya bersifat subjektif dan pribadi. Ada beberapa orang yang tipenya memang sangat kuat memegang idealisme, bahkan demi idealisme, dia siap berkorban apa saja.
Di antara idealisme para guru adalah dalam masalah memberi nilai. Ada sederet guru yang lumayan sportif dalam memberi nilai, kalau tidak mau dikatakan pelit. Ini mungkin prinsip bagi dirinya, mungkin termasuk anda.
Dan hal itu adalah hak tiap individu guru yang bersangkutan. Wajib kita hormati karena kita mengakui hak-hak itu. Maka silahkan saja kalau anda ingin mempertahankan hak-hak anda, anda memang berhak.
Namun seandainya anda ingin melepas hak-hak anda, juga tidak ada cela. Memberi nilai yang baik kepada siswa bukan sebuah keburukan, paling tidak menurut sebagai orang.
Dan pada hakikatnya, tujuan dari belajar itu bukan untuk mendapat nilai, melainkan agar siswa bisa terdidik. Mungkin memberi nilai bagus adalah salah satu bentuk pemberian motivasi buat sebagai anak, walau belum tentu berlaku buat anak yang lain.
Ada tipe murid yang harus ‘dipukul’ agar mau belajar, tetapi sebaliknya, ada juga yang kalau ‘dipukul’ malah mengalami de-motivasi.Di sisi lain, ada siswa kalau dipuji, diberi reward atau diberi nilai baik, dia akan termotivasi untuk belajar lebih keras. Dan ada juga yang kalau diberi nilai murah malah menggampangkan serta tambah bodoh.
Semua itu perlu diperhatikan dengan cermat, cerdas dan adil. Namun karena setiap guru punya hak preogratif, maka sulit untuk dibuat standarisasinya.
Kalau anda bertanya kepada kami secara pribadi, maka kami sebagai dosen dikenal sebagai dosen yang murah nilai. Buat kami, nilai bukan ukuran satu-satunya. Yang dapat nilai tinggi jangan bangga dulu dan nilainya C (ikatan karbon) juga jangan terlanjur kecewa dulu. Karena penilaian seperti bersifat sangat nisbi, relativ dan subjektif. Banyak unsur subjektif di dalamnya serta kesalahan penilaian yang manusiawi.
Tetapi kai tidak mungkin mempengaruhi sikap dan keputusan anda. Anda tetap berhak untuk bersikap. Namun pertimbangan yang anda sampaikan, yaitu dampaknya anda harus berseberangan dengan kepala sekolah, adalah resiko yang wajib anda pertimbangkan masak-masak.
Hidup adalah memilih beberapa pilihan, maka pilihlah yang paling ringan resikonya, paling besar manfaatnya serta pertimbangkan secara baik. Kaitkan antara satu masalah dengan masalah lain, karena tiap masalah pasti saling terkait.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc