Ustadz yang semoga dirahmati Allah SWT.
Ana pernah mendengar bahwa Abdullah bin saba hanya khurofat saja. Dia adalah sosok yang hanya di jadikan kambing hitam oleh beberapa orang yang berkepentingan.
Apakah betul demikian? Mohon penjelasannya..
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Berbicara tentang sejarah konflik di masa shahabat, biasanya nama Abdullah bin Saba’ sering dijadikan tokoh kontroversial. Sebagian kalangan menyebutkan bahwa pejahat dalam kisah tragis itu adalah dirinya. Sementara ada sebagian kalangan lainnya yang ingin menyebutkan bahwa dirinya hanyalah tokoh rekaan.
Tentu kami bukan ahli sejarah dan tentunya tidak punya kapasitas untuk melakukan klarifikasi dalam masalah ini. Namun ada beberapa sisi yang bisa kita jadikan bahan kajian yang menarik untuk dibahas.
Kita berangkat dari hasil akhir yang dikejar oleh kedua belah pihak. Pihak pertama adalah kalangan yang ingin mengatakan bahwa tokoh jahatnya adalah Abdullah bin Saba’, bukan salah satu pihak dari para shahabat yang terlibat perang. Kalau pun perang antara dua kubu shahabat itu pernah terjadi, sumber masalah yang utama adalah fitnah keji, sikap hasad dan adu domba dari pihak-pihak yang tidak suka melihat perkembangan umat Islam.
Fitnah itu digelembung oleh kalangan zindiq yang ingin menghancurkan umat Islam dari dalam, lalu berubah menjadi bola api liar yang bisa menimpa siapa saja. Dan aktor intelektualnya adalah Abdullah bin Saba’, tokoh yahudi yang berpura-pura masuk Islam.
Kesimpulannya, tidak ada yang salah dan jahat dari kalangan shahabat, kecuali mereka menjadi korban fitnah dari Abdullah bin Saba’.
Kalau kita meminjam pandangan pihak kedua yang mengatakan tokoh Abdullah bin Saba’ hanya fiktif, maka alur logika kita akan digiring kepada kesimpulan bahwa para shahabat itu bukan korban fitnah, melainkan pelaku kejahatan. Bahkan akan sampai kepada pandangan untuk mendeskriditkan para shahabat itu hingga ke tingkat mengkafirkan mereka. Sebab realitanya, perang itu sudah terjadi dan darah telah berceceran membasahi muka bumi.
Kira-kira ke sana lah arah pandangan kita akan digiring. Dan hasilnya amat jelas, yaitu kalau kalangan shahabat bisa sedemikian rendah karena mereka saling berbunuhan, maka salah satu akar agama ini sudah runtuh. Karena kita tidak menerima informasi tentang agama Islam ini kecuali lewat jalur para shahabat. Kalau posisi shahabat sudah direndahkan, maka agama ini menjadi sangat rendah sejak dari hulunya.
Posisi Para Shahabat: ‘Uduul
Sementara di dalam aqidah muslim yang lurus, posisi para shahabat tidak serendah itu. Mereka adalah orang yang diridhai Allah dan Allah ridha kepada mereka. Dan hal itu ditetapkan di dalam Al-Quran langsung oleh Allah SWT sendiri.
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat. (QS. Al-Fath: 18)
Mungkin mereka pernah khilaf, berdosa dan bersalah, namun karena mereka hidup bersama dengan nabi, semua itu terkoreksi dengan sendirinya. Nabi akan segera membetulkan arah mereka dari kesalahan.
Mungkin sebagian dari mereka ada yang berijtihad, lalu di kemudian hari ternyata ijtihadnya dianggap kurang tepat. Hal itu manusiawi dan wajar sebagai manusia. Dan semua itu tidak mengurangi derajat kemuliaan mereka.
Mungkin di suatu kurun, mereka sempat berselisih dengan sesama shahabat yang lain. Itu pun masih wajar dan manusiawi.
Namun kalau sudah ada orang yang sampai mengkafirkan para shahabat yang mulia, atau menjelekkan, mencaci, mendiskreditkan, apalagi sampai memaki-maki, maka tindakan itu sudah keluar batas dan merupakan pelanggaran berat.
Demikian juga dengan menuduh bahwa para shahabat itu haus darah, pencinta perang, haus kekuasaan dan kekayaan, maka ini bukan sikap seorang muslim.
Maka yang paling logis dan masuk akal adalah bahwa konflik di kalangan shahabat itu terjadi akibat infiltrasi kalangan musuh Islam yang menyebar fitnah dan mengadu domba para shahabat. Dan para shahabat bukan orang yang kebal atas fitnah. Ini adalah logika yang paling masuk akal.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc