أَنَّ رَجُلًا أًتَى رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: إِنََّ أَخِي اسْتُطْلِقَ بَطْنُهُ، فَقَالَ: اسْقِهِ عَسَلًا، فَذَهَبَ أَخُوْهُ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ سَقَيْتُهُ فَلَمْ يَنْجَحْ وَعَادَ مَرَّتَيْنِ، فَقَالَ فِي الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ صَدَقَ اللهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيْكَ، ثُمَّ سَقَاهُ فَبَرَأَ. رواه خ وم.
“Sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW ia berkata, sesungguhnya saudaraku sakit perutnya, beliau bersabda, berilah ia minum madu, lalu saudaranya pergi kemudian kembali lalu ia berkata, aku telah memberi minumnya tetapi belum berhasil dan ia kembali dua kali, lalu beliau bersabda pada yang ketiga atau keempat Allah Maha Benar dan perut saudaramu berdusta, kemudian ia memberi minumnya lalu ia sembuh.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dalam riwayat Muslim:
إِنَّ أَخِي عَرِبَ بَطْنُهُ
“Sesungguhnya saudaraku tidak sehat perutnya.”
Dalam kitab Thibbun Nabawi yang bersandar kepada Imam Adz-dzahabi, hadits di atas ditafsirkan sebagai berikut:
Maksudnya pencernaannya rusak dan lambungnya sakit, dan kata kerja ‘Ariba seperti Dariba (عرب dan درب). Perkataan “perut saudaramu berdusta” menunjukkan bahwa meminumnya tidak cukup sekali atau dua kali, dan laki-laki itu diarenya karena sebab kurang baik pencernaannya, lalu Nabi SAW menyuruh minum madu, sedangkan madu dapat mendorong kotoran yang berkumpul di lambung dan usus.
Aspek lainya ialah diare mirip dengan kelembaban yang bergerak dalam usus tidak dapat menahan berat dan sakit ini dinamai lemahnya usus. Madu dapat menghilangkan kelembaban, ketika madu mulai membersihkan kelembaban itu maka madu menurunkanya lalu sembuh. Karena itu ia banyak diare (mencret) pada kali pertama dan kedua, dan ini sebaik-baiknya obat apalagi jika madu dicampur dengan air hangat.
Penulis Thibbun Nabawi tersebut kemudian mengungkapkan, “Saya berpendapat, para tabib telah bersepakat atas hal ini, karena itu mereka mengatakan, jika tabiat diare seperti ini (akibat penumpukan lendir-red.) maka seperti ini (hadits di atas-red.) pertolongannya.”
Sedangkan Al-Qadhi ‘Iyadh mengomentari dalam ungkapan pada hadits:
صدق الله وكذب بطن أخيك
“Allah Maha Benar dan perut saudaramu berdusta.”
Maksudnya adalah firman Allah Ta’ala:
فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ
“…Didalamnya terdapat obat bagi manusia.” (An-Nahl : 69). JR/TB (Bersambung…)