Siapa tak kenal Henry Ford? Dunia mengenalnya sebagai pendiri dan pemilik perusahaan mobil bermerk Ford yang berpusat di Amerika. Selain itu, Yayasan Henry Ford juga berkibar ke mana-mana termasuk di Indonesia sebagai salah satu yayasan pemberi beasiswa di dalam bidang pendidikan. Tapi siapa yang tahu bahwa sesungguhnya, sosok Henry Ford ternyata seorang penentang Zionisme yang gigih?
Tidak semua tokoh sukses di Amerika pendukung Zionisme. Salah seorang di antaranya adalah Henry Ford. Pionir industri permobilan di Amerika ini dilahirkan di daerah pertanian di Wayne County, sebuah desa kecil dekat Dearborn Michigan, pada 30 Juli 1863. Kedua orangtua Ford berasal dari Irlandia yang datang ke Amerika pada tahun 1847. Ford kecil yang hanya bersekolah hingga usia 15 tahun ini memang gemar mengutak-atik segala jenis mesin.
Ford merupakan seorang kapitalis yang anti internasionalisme. Sebab itu ia sangat dibenci para Marxian Amerika yang salah satu prinsipnya adalah internasionalisme. Dia lebih merupakan seorang pengusaha yang tiada henti berjuang untuk menyadarkan bangsanya agar lepas dari jaringan internasionalis yang di belakangnya berdiri para Konspiran Zionis-Yahudi.
Sebagai pengusaha, Ford termasuk orang yang tidak berorientasi keuntungan finansil semata. Perhatiannya kepada para pekerjanya demikian besar. Bahkan dia rela memotong marjin laba perusahaannya demi meningkatkan kesejahteraan pekerjanya itu.
Pada 1914, atas inisiatifnya sendiri Ford memerintahkan agar gaji pekerjanya dinaikkan hingga $5 perhari. Ini membuat perusahaan pesaingnya kebakaran jenggot. Karena di berbagai perusahaan pesaingnya, gaji para pekerja yang sangat terlatih saja tidak sampai separuhnya. Selain itu, Ford juga membuat gebrakan lain dengan ide pembagian laba perusahan atau profit sharing.
Pada tahun pertamanya, dia membagikan $12 juta kepada semua pekerjanya tanpa kecuali. Belum cukup dengan itu, Ford juga menyatakan bahwa pengetahuan yang baik sepatutnya disebarkan kepada semua orang. Langkah yang dilakukan adalah menggratiskan seluruh hak paten Ford bagi setiap orang. Dia rela kehilangan jutaan dollar demi idealismenya ini. Semua terobosannya ini dilakukan Ford semata-mata untuk memperkuat industi nasional melawan hegemoni kekuatan pemodal internasional di mana Yahudi berada di belakangnya.
Kepedulian seorang Ford terhadap perdamaian juga ditunjukkan dengan memimpin sebuah misi damai di tahun 1916. Dia membentuk sebuah koalisi yang terdiri dari para agamawan, penulis, politisi, aktivis pencinta damai, dan pengusaha. Dengan menyewa sebuah kapal laut Norwegia, Oscar II, Ford berlayar ke Eropa sebagai pimpinan gerakan penyeru perdamaian.
Di atas kapal, salah satu pengikut Ford adalah seorang diplomat Yahudi pecinta damai bernama Rosika Schwimmer. Kepada perempuan Yahudi itu Ford berkata, “Aku tahu siapa yang telah memulai perang ini, mereka adalah para pemilik bank Yahudi-Jerman. ” Sambil menepuk sejumlah kertas dalam saku jasnya, Ford menyatakan, “Aku punya buktinya, di sini, sejumlah fakta!” Aku belum bisa menunjukkannya karena belum lengkap. Aku akan mendapatkan semuanya segera!” Ford jelas membidik Rotshchild.
Saat diwawancarai New York Times pada Natal 1921, Ford bercerita lebih jauh. “Mereka, orang-orang Yahudi sendiri yang mengatakan kepadaku soal keterlibatan mereka dengan peperangan. Bahkan mereka berusaha kuat meyakinkanku soal ini. Di atas kapalku ada dua Yahudi terkemuka. Selagi kami berlayar, mereka dengan bangga mengatakan soal kelebihan ras Yahudi. Mereka juga berkata bahwa mereka telah berhasil mengendalikan dunia melalui kontrol mereka terhadap emas. ”
“Mereka juga mengatakan bahwa hanya tokoh-tokoh Yahudi yang mampu menghentikan jalannya peperangan. Awalnya aku enggan untuk percaya, tapi mereka dengan begitu semangat berusaha meyakinkanku. Mereka kemudian memberikan detilnya, tentang cara mereka menyedot uang, cara mereka menguasai bahan-bahan dasar untuk peperangan, dan sebagainya. Mereka berkata begitu detil hingga aku akhirnya mempercayainya, ” lanjut Ford.
Saat itu, Ford menjadi yakin bahwa di balik segala peperangan dan kejadian besar dunia, ada konspirasi besar yang digerakkan oleh Yahudi Internasional. Dia lalu melakukan penyelidikan terhadap isu itu yang di Amerika dikenal sebagai “Masalah Yahudi” (Jewish Question) dan mendapatkan bahwa salah satu kekuatan Yahudi Internasional yang harus dipatahkan adalah bidang media.
Untuk mematahkan hegemoni ini Ford membeli sebuah suratkabar pekanan kecil di kota kelahiranya, Michigan, bernama Dearborn Independent. Lewat kepiawaian tangannya, suratkabar itu membesar dan menjadi media nasional yang dijadikannya corong untuk melawan hegemoni Yahudi. Ford menyewa investigator swasta Amerika dan memerintahkannya untuk menggali fakta-fakta sekitar hegemoni Yahudi Internasional. Sebuah rubrik dibuat di suratkabar tersebut yang khusus membeberkan segala hal yang terkait dengan kebusukan Yahudi Internasional di Amerika sudah menjadi hal yang tabu. Artikel-artikel di dalam suratkabar tersebut kemudian dibuat menjadi sebuah buku, “The International Jew” (1977).
Dalam waktu singkat, buku ini menjadi best seller. Di Amerika saja buku ini terjual hingga 10 juta kopi. Buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam 16 bahasa dunia, termasuk di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerbit Hikmah menerbitkan buku ini dengan judul “The International Jew, Membongkar Makar Zionisme Internasional” (Sept, 2006).
Salah satu dokumen berkenaan dengan Konspirasi Yahudi Internasional yang menjadi bahan perbincangan di Amerika Serikat adalah Protokol Zions. Sejumlah pihak menyebut dokumen itu asli sedangkan yang lain dengan begitu bersemangat menyatakan dokumen itu palsu dan sengaja di luncurkan oleh kelompok anti Semit. Terhadap dokumen ini, Ford menyatakan, “Saya tidak ingin terjebak dalam perdebatan apakah dokumen itu palsu atau asli… satu-satunya pernyataan yang bisa saya keluarkan berkenaan dengan dokumen itu, apa pun alasannya, bahwa semua yang terjadi di dunia ini sampai sekarang adalah sesuai dengan isi dokumen tersebut, protokol-protokol itu sesuai dengan kejadian yang selama ini berjalan…”
Dengan sendirinya, sikap dan tindakan Ford ini menuai perlawanan dari tokoh-tokoh Yahudi Internasional. Tekanan demi tekanan dialami oleh Ford. Seorang pengacara Yahudi terkemuka AS, Louis Marshall, menuntut Ford meminta maaf secara terbuka atas tindakan dan pandangan-pandangan anti Yahudinya.
Seluruh kegiatan bisnis Ford dijegal. Dalam kesulitan keuangan luar biasa yang dialami Ford, sebuah kecelakaan mobil misterius menimpa Ford dan menyebabkan penguasaha nasionalis itu terkapar di rumah sakit. Banyak kalangan menyebutkan bahwa kecelakaan itu tidaklah murni kecelakaan melainkan sebuah percobaan pembunuhan yang dilakukan pihak-pihak tertentu yang tidak suka terhadap Ford.
Akibat berbagai tekanan yang dialaminya, Ford akhirnya meneken sebuah surat permintaan maaf palsu terhadap komunitas Yahudi Amerika dan dunia. Namun setelah permintaan maaf palsunya ini, sikap dan tindakan Ford tidak pernah berubah. Ia tetap komit dengan idealismenya. Ford kemudian meninggal dunia pada 7 April 1947 di Dearborn, AS. (Rz)