Demikianlah, buku “TUANKU RAO” terutama di lampiran XXXI dijadikan sumber utama oleh Prof. Dr. Slamet Mulyana dalam menyusun bukunya yang berjudul “RUNTUHNYA KERAJAAN HINDU JAWA DAN TIMBULNYA NEGARA NEGARA ISLAM DI NUSANTARA” yang kemudian dilarang beredar oleh kejaksaan agung sebagai mana yang disebut diatas…
BANTAHAN TERHADAP TERHADAP TULISAN SLAMET MULYANA
Ternyata hasil penyelidikan Residen Poortman yang bersumber dari Klenteng SAM PO KONG mengenai identifikasi tokoh-tokoh walisongo dan tokoh-tokoh Kerajaan Islam Demak yang mengatakan bahwa mereka orang China, menimbulkan pro dan kontra diantara para ahli sejarah maupun peminat sejarah.
Fihak yang tidak setuju adalah Prof GWJ Drewes bekas Guru Besar Sastra Arab di Fac. Der Letteren pada Universitas Leiden. Ketua Oosters Genootschap di Nederland ini lahir tahun 1899 M, pernah memimpin balai pustaka (1930) JAKARTA dan menjadi guru besar Hukum Islam Di Indonesia dan hingga tahun 1970 beliau menjabat Guru Besar di Universitas Leiden, Nederland.
Ketika pada tanggal 23 Desember 1971 beliau memberikan ceramah di Gedung LPI Jakarta, atas pertanyaan Pro. Dr. H.M. Rasyidi sehubungan dengan para Walisongo yang didalam naskah Poormant adalah keturunan China, beliau menjawab bahwa hal itu tidak mempunyai dasar yang kuat.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa Prof. Dr. Slamet Mulyana didalam menyusun bukunya, yang menggunakan sumber “TUANKU RAO” karya Ir. MANGARAJA ONGGANG PARLINDUNGAN itu, ternyata TUANKU RAO tidak mempunyai dasar dan bukti-bukti yan meyakinkan. Sumber-sumber itu diambil dari Babad Tana Jawi, Serat Kanda, Kronik China dan Klenteng Sam Po Kong Semarang dan Klenteng Talang Di Cirebon, semua sumber itu tidak pernah dipakai oleh para ahli sejarah. SEDANGKAN SUMBER YANG DARI KLENTENG SAM PO KONG SEMARANG, Prof Dr. Slamet Mulyana telah menggunakan tangan ketiga.
Kemudian menurut Prof. Dr. Tujimah, Guru Besar dalam Bahasa Arab dan Sejarah Islam di FSUI Jakarta mengatakan bahwa para Walisongo yang dikatakan sebagai orang orang China itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena antara lain bahwa sumber-sumber yang digunakan dalam menyusun Hipotesa tersebut belum banyak dipakai oleh para sarjana, juga sumber-sumber tersebut masih dipenuhi dongeng, legenda dan bahwa lebih memberatkan dan menerima 100% sumber China atau membesar-besarkan pengaruh China dan sama sekali tidak menggunakan sumber dari Portugis.