Terlebih, telur sendiri memiliki bakteri Salmonella. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran usus hewan berdarah panas. Sebenarnya, Salmonella tergolong aman jika tetap berada di dalam saluran usus hewan. Namun, jika bermuara pada makanan bisa menyebabkan penyakit parah.
Infeksi Salmonella, dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti muntah dan diare. Bahkan akan lebih fatal bagi usia dewasa, anak-anak, dan orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Infeksi Salmonella umumnya menyebar dari kecambah, tanaman alfalfa, ayam, selai kacang dan telur.
Telur kemungkinan besar terkontimasi Salmonella secara eksternal, ketika bakteri menembus ke dalam kulit telur, yang memaksa multiplikasi internal jika ayam membawa Salmonella dan bakteri sudah dipindahkan ke dalam telur sebelum pembentukan cangkang.
Namun, karena keberadaan Salmonella bervariasi menurut lokasi geografis, proses penyimpanan telur berbeda-beda di tiap negara. Di Amerika Serikat, telur yang diproduksi secara komersial, perlu disimpan di lemari es untuk menghindari risiko keracunan makanan.
Sedangkan di negara-negara Eropa dan banyak negara lain di dunia, menganggap lebih aman menyimpan telur pada suhu kamar yang konstan selama beberapa waktu.
Jadi, disarankan untuk membiarkan telur menyesuaikan pada suhu kamar sebelum digunakan. Untuk itu, mendiamkan telur pada suhu kamar hingga 2 jam, dianggap sebagai cara yang lebih aman.
Para ilmuwan juga menyarankan untuk menyimpan telur di dekat bagian belakang lemari es untuk mendapatkan suhu yang konstan.[viva]