Eramuslim.com – Ustadz Solmed memboyong keluarganya menempati rumah mewahnya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Rumah yang berdiri di atas lahan seluas 950 meter itu berdiri kokoh dengan konsep Islami Timur Tengah dibangun senilai Rp24 miliar.
Suami April Jasmine itu mengungkapkan, rumah tersebut tak hanya menjadi tempat tinggal tetapi juga tempat untuk pengajian dan kegiatan keagamaan.
“Alhamdulillah kita sudah pindah ke rumah yang kemarin direnovasi. Rumah ini banyak fungsi, yang pertama sebagai tempat berkumpul majelis taklim, dari dulu rumah saya memang dijadikan tempat berkumpul. Dan di sini (rumah barunya) bisa menampung 1.500 orang. Sehingga makin nyaman jamaah,” akunya.
Ustadz yang baru-baru ini hampir dikeroyok massal itu memaparkan, bagian terunik rumahnya di pintu. Yaitu berbentuk menyerupai Pintu Masjid Nabawi, Arab Saudi.
“Ya pintu sengaja di desain mirip dengan pintu Masjid Nabawi. Biar unsur islaminya terasa jelas. Dibuat dari jati dan kuningan,” paparnya.
Dengan kemewahan yang ada, tak heran jika Solmed harus merogoh kocek sekitar Rp 24 miliar. Ayah satu anak ini pun tak membantah soal perkiraan harga tersebut.
“Ya bersyukur saja ya, memang kurang lebih segitu dananya. Dan ini semua dana kan orang enggak ada yang tahu saya kan ada bisnis di luar,” tandasnya. (rn)
SYEKH ALI JABER JUAL RUMAH DEMI HIBAHKAN QUR’AN BRAILLE BUAT TUNANETRA
Lain Solmed, lain juga Syekh Ali Jaber. Dai ternama Tanah Air Syeikh Ali Jaber mengaku menjual rumah untuk mewujudkan program wakaf 10.000 Al Quran Braille digital untuk tuna netra seluruh Indonesia.
“Program Al Quran Braille digital kami mulai dari nol. Untuk mewujudkan program ini saya dan istri sepakat untuk menjual rumah. Alhamdulillah, saya memiliki istri yang luar biasa komitmennya untuk dakwah,” kata Ali dalam seminar sehari membaca Al Quran di Jakarta, Minggu (15/05/2016).
Sembari tertawa, Syeikh Ali mengaku saat ini ia dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan.
Dia menyatakan bahwa untuk dakwah harus total dan memberikan apa yang dimiliki.
Program Al Quran Braille merupakan program yang diperuntukkan bagi tuna netra.
Dia melihat minat masyarakat Muslim di Tanah Air semakin meningkat, hal itu dibuktikan dengan maraknya lembaga-lembaga dan komunitas-komunitas cinta Al Quran yang menggerakkan kegiatan syiar dakwah Al Quran dengan berbagai kemasan yang kreatif dan menarik.
“Dengan program wakaf Al Quran Braille ini, kami berharap keterbatasan tidak menjadi halangan bagi seseorang untuk belajar Al Quran,” katanya menjelaskan.
Syeikh Ali mengaku datang ke Indonesia pada 2008, bukan untuk berleha-leha, tapi mewujudkan mimpi bisa mencetak satu juta penghafal Al Quran dalam lima tahun ke depan.
“Kalau hanya untuk beristirahat, saya tinggal duduk-duduk saja di Madinah. Saya datang untuk membenarkan bacaan Al Quran sebagaimana Allah SWT turunkan,” papar dia.
Menurut dia, menghafal Al Quran merupakan perkara mudah. Namun, yang sulit adalah bagaimana membaca Al Quran sebagaimana mestinya.
“Kalau menghafal Al Quran dalam sebulan juga bisa. Tapi memperbaiki bacaannya yang sulit,” katanya.
Selain program Al Quran Braille, Syeikh Ali juga meluncurkan gerakan wakaf Al-Quran Terjemah Mushaf Madinah untuk daerah-daerah terpencil dan Koin infaq Majelis Bulanan (Makbul) untuk donasi program Dakwah Al Quran.(ts/rn)