UAS Ungkap Kisah Buya Hamka Dipenjara dan Disiksa Tapi Tetap Sholatkan Pelakunya

“Nama ayah kamu siapa?” tanya Buya Hamka.

Kemudian dijawab bahwa ayahnya adalah Pramoedya Ananta Toer yang telah menjatuhkan nama Buya Hamka dengan cara menyebarkan fitnah dan kebencian itu ke seluruh dunia.

Menurut Ustadz Abdul Somad, mungkin, itu cara Pramoedya Ananta Toer minta maaf.

“Dia tak datang ke rumah Buya Hamka, tapi anak dan menantunya diutus bertemu dengan Buya Hamka untuk belajar Islam.”

“Buya Hamka kemudian mengajarkan Islam tersebut, begitu mulianya beliau padahal fitnah luar biasa,” kata Ustadz Abdul Somad, yang dikutip Warta Kota di Jakarta, Sabtu (1/6/2019).

Andai itu adalah dirinya, kata Ustadz Abdul Somad, dia tidak akan bersedia.

“Kau cari saja ustadz yang lain.”

“Panas hati ini karena kalau hati panas mengajar orang tidak akan benar.”

“Ternyata marah Buya Hamka itu melebur dengan maaf tanpa bekas kalau maaf masih berbekas, itu namanya bukan maaf,” katanya.

“Kalau saya sebut Nabi, itu kan Nabi, saya sebut Abu Bakar, itu kan Abu Bakar, ada orang kita, Buya Hamka, urang awak.”

“Tapi, jangan dibayangkan kalau Buya Hamka itu bukan orang yang tidak bisa marah.”

“Saat naik kapal, berhenti kapal di pelabuhan di Padang, saat mau menjadi imam solat jamaah, ada pegawai kapal melarang solat jamaah karena di kapal solatnya di kamar masing-masing.”

“Buya Hamka bangkit, orang itu pun disemprot dengan kemarahannya,” katanya.

“Bahasanya tidak saya ubah, buka buku judulnya Ayah ditulis Irfan Hamka, yang menyaksikan hal tersebut, yang menengok Buya Hamka marah.” katanya.

Buya Hamka ada saatnya marah, ada saatnya lunak, ada saatnya berkonfrontasi.

“Dalam soal qunut, lembut hati Buya Hamka diundang ke Jember, salat Subuh, Buya Hamka diangkatnya tangan, baca qunut sebagaimana dilakukan NU padahal biasanya tidak karena dia Muhammadiyah.”

Hal itu dicontohkan untuk menjaga persatuan umat Islam.