UAS Ungkap Kisah Buya Hamka Dipenjara dan Disiksa Tapi Tetap Sholatkan Pelakunya

“Andai saya lah itu, dipenjara orang, disiksa orang, lalu datang utusannya, terus bilang, andai aku mati, tolong yang mengimami aku adalah saya, saya suruh cari ustadz yang lain.”

“Aku tak mau, sampai mati, tak akan aku solatkan,” katanya.

Ustadz Abdul Somad menjelaskan, itulah yang membedakan antara Buya Hamka dan kebanyakan orang lainnya.

“Baru saya tahu, lembut hatinya, lunak.”

“Dia tidak pernah belajar di Al Azhar, sekali pun tidak.”

“Al Azhar memanggil dia memberikan gelar Doktor, sedangkan Ustadz Abdul Somad sudah 4 tahun kuliah di Al Azhar, gelarnya cuma LC,” katanya.

Menurut Ustadz Abdul Somad, dia sadar diri karena tidak selevel dengan Buya Hamka.

Namun, sejumlah fakta terungkap bahwa orang yang dikisahkan tersebut adalah Bung Karno.

Dalam bagian lainnya, kata Ustadz Abdul Somad, kemuliaan Buya Hamka memang tidak bisa ditandingi oleh banyak orang.

“Kalau saya kisahkan Nabi Muhammad SAW, nanti dibilang itu kan Nabi.”

“Kalau saya kisahkan sahabat Nabi Muhammad SAW, itu kan sahabat nabi,” katanya.

Karena itu, kata Ustadz Abdul Somad, dia sengaja membagikan kisah Buya Hamka, yang mulia.

“Kala itu, PKI sedang berkuasa dan mempunyai koran Lekra.”

“Tuduhan keji diberikan oleh Pramoedya Ananta Toer.”

“Buya Hamka dituduh novelnya itu plagiat diambil dari sastrawan Mesir, ditulis di Harian Lekra, PKI,” katanya.

Menurut Ustadz Abdul Somad, Buya Hamka tidak melawan, diam.

“Akhirnya isu itu hilang, PKI jatuh, NKRI bangkit kembali tetap tegak berdiri.”

“Setelah itu, datang seorang perempuan bermata sipit dengan suaminya, mualaf yang mau belajar Islam dengan sepucuk surat.”

“Kamu siapa?”

“Saya disuruh ayah saya ke mari mengantar calon suami saya belajar Islam,” kata tamu tak dikenal tersebut.