Mizuar menceritakan, Sultan Selim II anak dari Sultan Sulaiman al-Qanuni membalas surat Sultan Alauddin Ri’ayat Syah. Dia menyampaikan Turki Ustmani menyiapkan 15 kapal perang kecil dan dua kapal perang besar. Selain itu, Turki Utsmani juga menyiapkan peluru meriam, peluru meriam kecil, bubuk mesiu, 300 kapak, dan 300 sekop. Di dalam kapal ada kapten kapal, ahli senjata, prajurit, awak kapal, peralatan perang, senjata, dan amunisi lengkap.
Gaji setahun untuk tentara sudah dibayar dan perbekalan gandum untuk setahun diangkut ke atas kapal agar tidak kekurangan makanan selama perjalanan. Pimpinan utusan dari Turki Utsmani ini diserahkan ke Kurdoglu Hizir yang telah ditunjuk sebagai kapten dan Seraskier panglima perang pasukan militer yang dikirim ke Aceh Darussalam pada 1568-1569.
“Sebagian dari utusan Turki Utsmani menetap di Aceh Darussalam. Sementara, sebagian lagi kembali ke Turki Utsmani setelah selesai melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sejak saat itu hubungan Kesultanan Aceh Darussalam dan Turki Utsmani terus berlanjut,” kata Mizuar.
Seiring pergantian sultan di Aceh Darussalam dan Turki Utsmani, ada kalanya kedua sultan ini sering dan jarang berkirim surat. Kedekatan dua kesultanan ini dipererat lagi pada abad ke-19 atau masa pemerintahan Sultan Mansur Syah di Aceh Darussalam. (rol)