Ketua Umum Lembaga Masyarakat Peduli Sejarah Aceh, Mizuar Mahdi menjelaskan, hubungan Kesultanan Turki Utsmani dengan Kesultanan Aceh Darussalam kemungkinan sudah terjalin sejak masa kepemimpinan Sultan Ali Mughauat Syah sebagai sultan pertama Kesultanan Aceh Darussalam yang wafat pada 936 Hijriyah atau 1530 Masehi. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah, anak dari Sultan Ali Mughauat pernah berkirim surat ke Turki Utsmani yang dipimpin oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni anak dari Sultan Selim I.
“Isi surat tersebut berisi permintaan bantuan dari Aceh Darussalam kepada Turki Utsmani, karena pada awal abad ke-16 itu, Aceh sedang berperang dengan Portugis,” kata Mizuar kepada Republika.co.id, Kamis (19/12).
Ia menceritakan, Sultan Alauddin Ri’ayat Syah meminta Turki Utsmani mengirim ahli-ahli artileri untuk membuat meriam. Pada masa itu, hanya Turki Utsmani yang mampu membuat meriam berukuran besar. Bisa dikatakan tidak ada yang bisa menandingi meriam buatan para ahli artileri dari Turki Utsmani di masa itu.
Sebelumnya, banyak bandar jatuh ke tangan Portugis. Berdasarkan catatan pada kitab Tuhfat Al Mujahidin karya Syekh Zainudin Lemari Bari diceritakan, banyak bandar jatuh ke tangan Portugis, tapi ada satu bandar yang berhasil direbut kembali, yaitu Bandar Aceh Darussalam yang direbut dan dikuasai oleh Sultan Ali Mughauat.
Selanjutnya, Sultan Ali Mughauat meluaskan pengaruhnya dan mengusir Portugis dari beberapa bandar. Perjuangan merebut bandar dari tangan Portugis dilanjutkan oleh Sultan Shalahuddin bin Ali Mughayat Syah dan Sultan Alauddin Ri’ayat Syah bin’Ali Mughayat Syah. Hingga akhirnya Portugis terusir dari bandar paling strategis di Malaka.
Pada masa Sultan Alauddin Ri’ayat Syah, Kesultanan Aceh Darussalam mengirim surat sekaligus mengirim cenderamata ke Turki Utsmani. Setelah cukup lama menunggu, utusan dari Turki Utsmani tiba di Aceh Darussalam untuk membantu perjuangan melawan penjajah.
“Pada saat itu mulai ditempa meriam besar buatan Turki Utsmani yang diajarkan ke orang-orang Aceh, mulai dari sini Aceh menciptakan meriam-meriam bercorak Turki,” ujar Mizuar.