Namun, bila saja penyakit sudah terlanjur datang, maka usaha untuk menyembuhkannya harus tetap dilakukan. Yang perlu dipahami bahwa kondisi sakit bukanlah sebagai sebuah takdir Allah kepada hambanya. Takdir Allah bisa dirubah dengan upaya (usaha) dan doa. Dan dalam konteks upaya penyembuhan penyakit, Rasulullah banyak meninggalkan rekam jejak yang patut diteladani. Selain anjuran untuk makan secukupnya, nabi juga pernah menganjurkan sebuah pengobatan yang dikenal dengan Thibbun Nabawi.
Dengan keterbatasan pengetahuan tentang obat-obatan yang dimiliki nabi, tentu saja pengetahuan dari Ilahi diturunkan kepada Nabi yang mulia, Muhammad SAW. Misalkan ketika Nabi menganjurkan kepada seorang pengikutnya agar meminum Madu saat terkena Diare. Nabi pun pernah melalukan kebiasaan meminum madu (yang dicampur dengan air) dan diminum saat perut kosong.
Dalam sebuah riwayat Ibnu Majah dari hadis Abu Hurairah “Barangsiapa meminum tiga sendok madu dalam tiga pagi saja setiap bulan, niscaya tidak akan terkena penyakit”. Riwayat lain menyebutkan “manfaatkanlah dua jenis penyembuhan; madu dan Al-Quran). Hadis yang terakhir merupakan kombinasi penyembuhan jasmaniah dan ilahiyah.
Kajian menarik tentang kesehatan dan penyembuhan ala Nabi dituliskan oleh Ibnu Qayyim Al- Jauziyah dalam kitabnya “Thibbun Nabawi”. Banyak hal tentang pola kehidupan nabi, mulai dari makanan, kegiatan menjaga kesehatan hingga pengobatan dibahas dalam buku setebal lebih dari 500 halaman ini. Kajian tentang manfaat hasil alam juga diurai dalam buku ini, mulai dari manfaat madu, kurma, pisang, kayu cendana, mentimun, tebu, susu, hingga lada hitam.
Yang menarik, dalam buku itu pun dibahas manfaat pangan yang berasal dari hewani, seperti daging sapi, daging kambing, daging kuda, daging unta, daging kelinci, daging rusa, hingga daging burung. Pembahasan tentang manfaat daging-dagingan juga disertai dengan riwayat-riwayat pada sahabat Nabi.
Selain manfaat makanan bagi kesehatan, juga banyak dibahas tentang anjuran dan larangan beraktvitas (terkait dengan makanan) yang bisa mengganggu kesehatan, misalkan anjuran untuk mengunyah makanan dengan baik sebelum ditelan, hingga larangan makanan setelah usai makan malam.
Membaca buku “Thibbun Nabawi” seperti membaca kamus sehat, karena hampir semua hal tentang pola makan, jenis makanan, hingga pengobatan ada didalam buku ini. Tentu saja, bukan hanya tentang kesehatan jasmani yang dibahas didalamnya, namun juga tentang kesehatan Ruhani mulai dari pencegahan dan pengobatannya. (Inilah)