Seorang gadis Palestina mencoba meninju seorang tentara Israel saat unjuk rasa memprotes perluasan permukiman Yahudi di Desa Halamish, dekat Ramallah, Jumat (2/11). – ( AP/ Majdi Mohammed)
Hasil penelitiannya itu dipublikasikan di Jurnal Genome Biology and Evolution edisi 17 Januari 2013. Di jurnal terbitan Oxford University Press itu, hasil penelitian tersebut ditulis dengan judul The Missing Link of Jewish European Ancestry: Contrasting the Rhineland and the Khazarian Hypothese.Ilmuwan kelahiran Israel itu mengungkapkan, “Pertanyaan tentang siapa nenek moyang Yahudi (Ashkenazi) menjadi kontroversi selama lebih dari dua abad dan belum terselesaikan… ini mendorong kami untuk meninjau kembali Khazarian Hypothesis dan membandingkannya dengan Rhineland Hypothesis. Kami melakukan perbandingan dan analisis genetika menggunakan populasi yang lebih luas.”
Meski demikian, Elhaik menyatakan orang Khazar bukanlah satu-satunya nenek moyang Yahudi Eropa. Genom Yahudi Eropa, menurut dia, merupakan mosaik dari berbagai leluhur: dari kawasan Timur Dekat-Kaukasus, Eropa, dan Semit. “Intinya, genom Yahudi Eropa adalah sebuah mosaik dari berbagai masyarakat kuno, dan asal-usulnya sebagian besar dari Khazar.”
Mengutip Polak, Elhaik memaparkan bahwa Khazaria merupakan konfederasi dari berbagai suku, Slav, Scythian, Hun- Bulgar, Iran, Alans, dan Turki, yang membentuk sebuah imperium yang sangat kuat dan berkuasa di kawasan Kaukasus Utara-Tengah pada akhir Zaman Besi (Iron Age) dan kemudian memeluk Yahudi pada abad ke-8 Masehi.
Dalam penelitian Elhaik, tidak ada sampel DNA orang Khazar. Pasalnya, bangsa ini bak hilang ditelan bumi setelah dihancurkan Mongol pada abad ke-13. Lalu, bagaimana membuktikan Yahudi Ashkenazi secara genetik keturunan Khazar, kalau sampelnya tak ada?
Ternyata, untuk DNA Khazar, Elhaik mengambil sampelnya pada kaum yang diduga kuat berkaitan dengan orang Khazar, seperti Georgia, Armenia, dan orang Kaukasian lainnya. “Sumber genetika mereka sama,” katanya.
Setelah melakukan analisis dengan berbagai teknik, yang menurut dia sebagian di antaranya belum pernah digunakan peneliti sebelumnya, dia pun menemukan apa yang disebutnya sebagai ‘komponen Khazar’ pada Yahudi Eropa. Bahkan, dia menemukan unsur Khazar lah yang paling dominan dalam genom Yahudi Eropa dibanding unsur lain. “Komposisinya sekitar 30-38 persen,” katanya.
Elhaik mendapati adanya kesamaan antara Yahudi Ashkenazi dan populasi Kaukasus jika ditinjau dari garis ayah (paternal line) ketika meneliti Y-Chromosom DNA maupun garis ibu (maternal line) ketika meneliti Mitochondrial DNA.
Yang paling menarik, berdasarkan pemetaan Elhaik, kesamaan genom orang Yahudi Eropa itu tak tersebar di seluruh kawasan Khazaria, tetapi terkonsentrasi di satu titik di kawasan Pegunungan Kaukasus. Kawasan antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, yang diduga banyak kalangan merupakan tempat Dzulqarnain membangun tembok besi untuk mengunci Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog).
Lalu, berapa persen genom orang Yahudi Eropa yang berasal dari Kanaan-Israel-Palestina? Ternyata sangat kecil sehingga tidak cukup signifikan menjelaskan bahwa mereka adalah orang Yahudi dari Kerajaan Yudea atau Yehuda, yang kemudian bermigrasi ke Eropa.
“Mayoritas tidak memiliki komponen gen Timur Tengah dalam kuantitas yang bisa kita harapkan untuk menyatakan mereka adalah keturunan Yahudi pada masa lalu,” kata Elhaik seperti dikutip Haaretz. Ada sebuah pepatah menarik dalam pelacakan asal-usul nenek moyang seseorang secara genetis, yaitu gene cannot lie (gen tak mungkin berbohong).
Ketika genom seseorang dibawa ke laboratorium, riwayatnya akan terbongkar. Implikasi dari hasil riset ini adalah sebuah pertanyaan besar dan mendasar: Apakah Yahudi Ashkenazi pantas mengeklaim tanah suci Yerusalem, padahal nenek moyangnya dari Kaukasus? (ROL)