Ilmuwan kelahiran Israel itu mengungkapkan, “Pertanyaan tentang siapa nenek moyang Yahudi (Ashkenazi) menjadi kontroversi selama lebih dari dua abad, dan belum terselesaikan… ini mendorong kami untuk meninjau kembali Khazarian Hypothesis dan membandingkannya dengan Rhineland Hypothesis. Kami melakukan per bandingan dan analisis genetika mengguna kan populasi yang lebih luas,” tulis Elhaik.
Meski demikian, Elhaik menyatakan orang Khazar bukanlah satu-satunya nenek moyang Yahudi Eropa. Genom Yahudi Eropa, menurut dia, merupakan mosaik dari berbagai leluhur: dari kawasan Timur Dekat-Kaukasus, Eropa, dan Semit. “Intinya, genom Yahudi Eropa adalah sebuah mosaik dari berbagai masyarakat kuno, dan asalusulnya sebagian besar dari Khazar.”
Mengutip Polak, Elhaik memaparkan bahwa Khazaria merupakan konfederasi dari berbagai suku, Slav, Scythian, Hun- Bulgar, Iran, Alans, dan Turki, yang membentuk sebuah imperium yang sangat kuat dan berkuasa di kawasan Kaukasus Utara-Tengah pada akhir Zaman Besi (Iron Age), dan kemudian memeluk Yahudi pada abad ke-8 Masehi.
Dalam penelitian Elhaik, tidak ada sampel DNA orang Khazar. Karena, bangsa ini bak hilang ditelan bumi setelah dihancurkan Mongol pada abad ke-13. Lalu, bagaimana membuktikan Yahudi Ashkenazi secara genetik keturunan Khazar, kalau sampelnya tak ada?
Ternyata, untuk DNA Khazar, Elhaik mengambil sampelnya pada kaum yang diduga kuat berkaitan dengan orang Khazar, seperti Georgia, Armenia, dan orang Kaukasian lainnya. “Sumber genetika mereka sama,” katanya.
Dan, setelah melakukan analisis dengan berbagai teknik, yang menurutnya, sebagian di antaranya belum pernah digunakan peneliti sebelumnya, dia pun menemukan apa yang disebutnya sebagai ‘komponen Khazar’ pada Yahudi Eropa. Bahkan, dia menemukan unsur Khazar lah yang paling dominan dalam genom Yahudi Eropa, dibanding unsur lain. “Komposisinya sekitar 30-38 persen,” katanya.
Elhaik mendapati adanya kesamaan antara Yahudi Ashkenazi dengan populasi Kaukasus jika ditinjau dari garis ayah (paternal line) ketika meneliti Y-Chromosom DNA, maupun garis ibu (maternal line) ketika meneliti Mitochondrial DNA.
Dan, yang paling menarik, berdasarkan pemetaan Elhaik, kesamaan genom orang Yahudi Eropa itu tak tersebar di seluruh kawasan Khazaria, tapi terkonsentrasi di satu titik di kawasan Pegunungan Kaukasus.
Kawasan antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, yang diduga banyak kalangan merupakan tempat Dzulqarnain membangun tembok besi untuk mengunci Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog).
Lalu, berapa persen genom orang Yahudi Eropa yang berasal dari Kanaan- Israel- Palestina? Ternyata sangat kecil. Sehingga tidak cukup signifikan menjelaskan bahwa mereka adalah orang Yahudi dari Kerajaan Yudea atau Yehuda, yang kemudian bermigrasi ke Eropa.
“Mayoritas tidak memiliki komponen gen Timur Tengah dalam kuantitas yang bisa kita harapkan untuk menyatakan mereka adalah keturunan Yahudi di masa lalu,” kata Elhaik seperti dikutip Haaretz. Ada sebuah pepatah menarik dalam pelacakan asal-usul nenek moyang seseorang secara genetis, yaitu gene cannot lie (gen tak mungkin berbohong).
Ketika genom seseorang dibawa ke laboratorium, maka riwayatnya akan terbongkar. Implikasi dari hasil riset ini adalah sebuah pertanyaan besar dan mendasar: Apakah Yahudi Ashkenazi pantas mengklaim Tanah Suci Yerusalem, padahal nenek moyangnya dari Kaukasus? (republika)