eramuslim.com – Siapa yang tidak mengenal sosok Muhammad Ali, sosok petinju kelas berat terbaik di dunia sekaligus aktivis sosial yang menyuarakan soal diskriminasi ras di Amerika Serikat.
Secara global, Muhammad Ali dikenal sebagai salah satu atlet terhebat di abad ke-20, bahkan mendapat julukan sebagai GOAT boxing (Greatest of All Time).
Tak hanya di ring saja, pengaruh besar seorang Muhammad Ali mencakup di dunia aktivisme dan juga filantropis.
Peraih medali emas tahun 1960 dan juara tinju kelas berat tahun 1984 itu diketahui mengganti namanya menjadi Muhammad Ali saat memutuskan mualaf, di mana ia lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr.
Muhammad Ali mengumumkan di publik bahwa dirinya mengubah namanya menjadi Muhammad Ali dan telah memeluk agama Islam pada tahun 1964, hal itu dilakukannya pasca duel tinju paling legendaris melawan Sonny Liston.
Di sisi lain, legenda tinju dunia Muhammad Ali pernah menceritakan proses dirinya tertarik masuk Islam.
Hal itu disampaikan dalam wawancara khusus bersama Cathal O’Shannon di televisi Irlandia pada 17 Juli 1972.
“Apa yang awalnya menarik anda hingga kemudian masuk Islam?” tanya jurnalis bernama Cathal O’Shannon.
Petinju kelahiran Amerika Serikat, Muhamma Ali masuk Islam setelah bertemu dengan menteri Nation of Islam yang karismatik yakni Malcolm X pada tahun 1964, dan berikut jawabannya saat ia ditanya kenapa memilih Islam.
“Agama Islam merupakan ajaran Elia yang benar Muhammad, yang ada di Amerika, tidak ada struktur kekuasaan, tidak ada yang akan menantang dia dan sejarah diri kita sendiri, sejarah agama kita yang sebenarnya, bangsa kita, nama kita, ” terang Muhammad Ali.
“Jadi sebenarnya kami tidak punya nama sendiri, sya tahu betapa bangganya kalian semua dengan nama Anda, orang China punya nama seperti Chang, Chong, Lue China, ini yang diajarkan Islam,” tuturnya.
Sementara orang Rusia punya nama seperti Kosygin atau Khrushev, atau punya nama seperti O’Connor atau Grady, Kennedy.
Disebutkan juga Muhammad Ali bahwa orang Afrika punya nama seperti Lumumba atau Kramer, dan orang-orang Yahudi punya nama seperti Weinstein dan Goldberg.
“Dan kami punya nama seperti Grady, Clay dan Hawkins, Smith, Jones, Johnson, tapi kami berkulit hitam,” tuturnya.
“Itu adalah nama budak,” respons sang jurnalis.
“Iya, saya mendengar ini, saya tahu itu sejarah yang benar, jadi Muhammad Ali adalah nama yang bagus untuk kulit hitam dari nenek moyang kami,” tuturnya.
“Jadi ketika saya mendengar ini, saya hanya harus keluar dari gereja dan kekristenan, karena mereka tidak pernah mengajarkan kami kebenaran,” jelas dia.
Dia menunjukkan tentang bagaimana orang kulit hitam di Amerika akan menutupi orangnya.
Seperti melihat para Cowboy yang mengendarai kuda putih, Presiden tinggal di Gedung Putih.
Semua digambarkan putih, iklan di TV, cerutu gedung putih, angsa putih dan sabun pemutih.
“Segala sesuatu yang baik berwarna putih, dan ketika saya mendengar ini, saya berkata,’Nak, ini adalah kebenarannya. Jadi agama kita mengajarkan kita pengetahuan tentang diri kita sendiri, pengetahuan tentang budaya kita,” tutur Muhammad Ali.
“Dan setelah mendengar ini, menjadi orang yang cerdas, maka saya bukan hanya orang yang menang di ring tinju, saya juga mengikuti langkah ini demi kesejahteraan semua, dan pemimpin kita tertua adalah Nabi Muhammad yang kami yakini sebagai utusan Allah SWT, untuk mengajarkan apa yang disebut dengan sinyal Amerika, kebenaran yang disembunyikan dari mereka selama 400 tahun, yang akan membebaskan mereka,” tutupnya.
(Sumber: tvOne)