Anadolu Agency (AA): Bagaimana Anda menggambarkan ayah Anda, mantan Presiden dan Kepala Angkatan Darat Pakistan Jenderal Muhammad Ziaulhaq, sebagai seorang pria yang mencintai keluarga?
Muhammad Ijazulhaq (MI): Ayah saya Jenderal Muhammad Ziaulhaq dikenal oleh orang-orang karena kerendahan hatinya, sifatnya yang terlalu baik dan sifatnya yang murah hati. Dia juga seorang ayah yang sangat ramah, lebih dari saudara daripada seorang ayah. Saya menyesal bahwa saya tidak dapat menghabiskan waktu sebanyak yang saya inginkan bersamanya. Saya tetap di luar negeri untuk belajar dan kemudian bekerja di London, Dublin, dan Bahrain. Kami biasa berbicara setiap hari atau setidaknya tiga hingga empat kali seminggu di telepon. Tetapi saya tidak dapat menghabiskan waktu seperti yang dihabiskan saudara dan saudari saya yang lain bersamanya.
AA: Kapan terakhir kali Anda bertemu dengannya?
MI: Terakhir saya bertemu dengannya pada 29 Mei 1988, yaitu tiga bulan sebelum kematiannya yang tragis. Saya berada di Kanada bersama keluarga ketika mendengar berita itu. Sangat mengejutkan.
AA: Anda pasti mengikuti kasus ini. Bagaimana pesawat itu jatuh? Apakah itu kecelakaan atau sesuatu yang lain?
MI: Ketika kecelakaan itu terjadi, kami berusaha keras mengejar kasus ini sebanyak yang kami bisa. Tapi penutupannya begitu kuat dan dibungkus baik dari dalam maupun luar negeri sehingga kami tidak bisa sampai ke seluk-beluk berselaput. Satu hal yang jelas, bahwa setelah investigasi bersama Angkatan Udara Pakistan-AS, sejak awal Amerika mencoba sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa itu hanyalah kecelakaan.
Sekitar 34-35 halaman laporan itu dirilis. Presiden Pakistan Ghulam Ishaq Khan, yang menjabat setelah ayah saya, mengumumkan pada saat itu dan laporan itu menegaskan bahwa itu bukan kecelakaan tetapi sabotase. Jadi, kami mulai mencari tahu.
Seorang anggota tim angkatan udara Pakistan yang menyelidiki kasus ini adalah penyelidik yang sangat senior di angkatan udara – komodor pada waktu itu – yang setara dengan seorang brigadir Jendral di angkatan darat.
Dia memprakarsai beberapa pertanyaan. Dia sudah tiada sekarang. Namanya adalah Komodor Udara Zaheer Zaidi. Dia mengambil bagian dari pesawat tanpa memberitahu siapa pun ke laboratorium di Pakistan. Kerabatnya adalah ketua di sana pada waktu itu.
Jadi diam-diam, dia melakukan analisis kimia terhadap puing-puing dan isinya seperti kulit mangga dan bagian lain apa pun yang dia dapat. Laporannya menyatakan bahwa itu adalah tindakan kriminal. Banyak fosfor antimon dan sebagainya. Dan hal-hal lain yang ditemukan menunjukkan ada sesuatu yang salah dan beberapa sabotase dilakukan.
Kemudian kami juga mengetahui bahwa tidak ada ledakan. Menurut Zaidi, beberapa tindakan telah dilakukan untuk memastikan bahwa jika salah satu gagal, yang lain akan berhasil. Jadi, ada gas saraf yang disimpan di kokpit pesawat yang begitu kuat sehingga melumpuhkan para pilot. Salah satu teori yang sampai pada pengetahuan kita adalah bahwa itulah alasan mengapa pesawat naik dan turun sebelum mengenai tanah ketika pilot lumpuh.
Mereka tidak bisa mengendalikan. Mereka gemetaran. Ini seperti ketika Anda menyembelih seekor binatang, dan dia mencoba melakukan beberapa tindakan seperti itu. Dikatakan bahwa gas disimpan di salah satu trofi(Piala atau penghargaan) yang diberikan kepada ayah saya. Mereka mengambilnya dan menyimpannya di kokpit.