Hal yang membuat penulis semakin yakin bahwa peperangan antara Umat Isam yang diwakili Usamah dengan Pihak Kuffar Barat yang diwakili Israel dan Amerika adalah peperangan menuju akhir zaman adalah video Usamah bin Ladin seminggu sebelum Syahid.
Disitu Usamah bin Ladin memuji revolusi yang menyapu dunia Arab, dan menyerukan untuk lebih banyak "tiran" lagi yang harus digulingkan. Dengan lantang ia menyatakan bahwa Matahari revolusi telah meningkat dari Maghrib yang berasal dari lampu revolusi Tunisia.
Dalam rekaman itu, Usamah Bin Ladin juga mendukung upaya untuk menggulingkan pemimpin lain di dunia Muslim, menyerukan para pendukungnya untuk mengatur ruang operasi yang menindaklanjuti peristiwa dan bekerja secara paralel untuk menyelamatkan orang-orang yang berjuang untuk menurunkan tiran pemimpin-pemimpin Arab.
Pemimpin Arab memang akan menjadi batu sandungan bagi para Mujahidin. Tengoklah ucapan Majelis Syuro Saudi kepada Obama pada tanggal 2 April lalu, "Anda menginvasi Bahrain. Kami ambil alih Muammar Gaddafi di Libya." Ungkapan pendek ini merupakan inti dari pembicaraan yang dilakukan oleh administrasi Presiden AS Barack Obama dengan Parlemen Saudi. Bayangkan bagaimana Arab bersekongkol dengan Amerika untuk melumat Bahrain.
Dua sumber diplomatik di Amerika Serikat secara independen juga mengkonfirmasi bahwa Washington, melalui Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, memberikan ‘ACC’ kepada Saudi Arabia untuk menginvasi Bahrain dan menghancurkan gerakan protes di negara tetangga mereka.
Mungkin pemimpin Saudi juga tidak sadar bahwa skenario melumat negaranya adalah bagian dari teologi mesianik Zionis. Madinah dianggap bagian dari Israel Raya karena pernah didiami oleh Yahudi Bani Nadhir dan Bani Qainuqo yang diperangi oleh Nabi Muhammad SAW.
Kasus ini terakhir terjadi saat Israel bersama Amerika melumat Irak. Jika Amerika mengambil limpahan minyak Irak di wilayah Utara, Israel lebih memilih mengambil sisi selatan dimana Situs Nebukadnezar pernah berdiri.
Bangsa Saudi selalu bertahan dengan dalih hadis dimana wilayah Madinah tidak akan dimasuki Dajjal. Namun mereka lupa, Dajjal, bukan saja tampilan fisik, tapi juga millah. Millah ini lah yang juga menjadi target Yahudi menghancurkan Saudi.
Jika anda ke Saudi saat ini, liberalisme sedang berlangsung hangat-hangatnya. Tentu miris di tengah negeri seperti Mesir yang menuydahi pemikiran Liberal dengan sukses mengusir para pemikir Liberal ke luar Mesir, di Saudi justru liberalisme sedang merekah.
Saudi punya seorang feminis Liberal seperti Nadine el-Bedair. Ia aktif melemparkan faham feminisme dan liberalisme. Sebagai wanita muda, ia rajin menulis di banyak tempat mulai dari Koran Saudi, ‘Okaz’, kemudian di majalah ‘al-Majallah’, dan surat kabar ‘al-Wathan’. Kemudian bekerja sebagai pembawa program ‘al-musawat’ (kesetaraan) di TV al-Hurrah (kebebasan).
Saudi juga punya Turki bin Abdul Aziz Al Saud, pangeran murni Kerajaan yang memiliki corak pemikiran liberal dengan merongrong legitimasi Undang-undang Islam. Dia memperingatkan bahwa keluarga kerajaan Saudi tidak lagi boleh memaksakan peraturan pada masyarakat atas hukum-hukum Islam yang diadopsi di negara itu. Bagi sang pangeran, kebijakan hukum di Saudi saat ini telah mengganggu kehidupan pribadi seseorang dan undang-undang tersebut bukanlah dasar spiritual dari masyarakat Saudi: menarik..
Dalam peta terbaru yang dikeluarkan Ralph Peters, seorang perwira Intelejen Amerika di tahun 2006, memperlihatkan bahwa Arab Saudi akan dipecah menjadi dua: antara Mekah dan Madinah. Kedua ‘negara’ ini nantinya menjadi sebuah Negara independen bernama Islamic Sacred State. Sementara Arab Saudi wilayahnya akan merangsek garis batas Yaman bagian selatan.
Peta menguasai Timur Tengah jauh sebelum Ralph, sudah dicanangkan Theodorl Herzl yang mengatakan bahwa cakupan Zionis akan membentang dari sungai Nil ke Eufrat. Begitu pula dengan testimoni Rabi Fischman di tahun 1947 yang berujar bahwa Tanah yang Dijanjikan Tuhan untuk bangsa Yahudi dimulai memanjang dari Sungai Nil ke Eufrat. Itu termasuk bagian Suriah dan Lebanon.
Oded Yinon dalam doktrinnya yang tercantum dalam Kivunin dan dikeluarkan oleh The World Zionist Organization juga mengatakan, “The Moslem World is built like a temporary house of card put together by foreigners divide into 19 states, all made combination of minorities dan ethnic group wich are hostile to one another, so that every Arab Moslem state nowaday faces ethnic social destruction from within, and in some a civil war already raging,”
Oleh karena itu, clash antara Islam dan kuffar ini akan terus berlangsung bahkan ketika Dajjal turun. Syahidnya Usamah adalah momentum untuk Islam bersatu. Terpecahnya Negara-negara Islam adalah jalan bagi tiap umat menyadari bahwa mereka hanya bisa disatukan lewat akidah, bukan yang lain.
Inilah pertaruhan bagi tirai baru umat Islam untuk bersatu, bersama, membebaskan dataran Afrika dan Arab dari cengkaraman zionis. Semuanya akan berlajan beriringan dengan semangat militansi Kristen, Yahudi, untuk juga membantai Islam demi menyambut sang messiah. "Ini adalah awal dari sebuah upaya jangka panjang," kata seorang pejabat Gedung Putih.
“Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” (Kejadian 12:2-3)
Wallahua’lam. (pz)