Eramuslim.com – Kisah kutukan Prabu Jayabaya kepada para pemimpin nasional yang menginjak tanah Kediri masih menjadi misteri. Dipercaya atau tidak, hingga kini tak ada satupun presiden yang berani melanggar pantangan itu.
“Satu-satunya presiden yang berani ke sini untuk membuktikan hanyalah Gus Dur (Abdurrahman Wahid). Beliau akhirnya lengser juga sebelum masa jabatannya habis,” kata Suratin, juru kunci Sendang Tirta Kamandanu yang menjadi bagian kompleks makam Sri Aji Jayabaya.
Sejak bertahun-tahun lalu kompleks yang menjadi petilasan atau jejak Raja Kadiri ini dikultuskan oleh masyarakat luas. Tak hanya warga Kediri, peziarah dari berbagai daerah di Indonesia hilir mudik di tempat ini untuk berdoa. Mereka meyakini jika kebesaran dan kemegahan Kerajaan Kadiri di masa lalu bersumber dari tempat ini.
Berada di Desa Pamenang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, kompleks petilasan ini menjadi ikon wisata sejarah terkenal. Para peneliti dan pelajar kerap menjadikan tempat tersebut sebagai obyek penelitian sejarah. Ini lantaran kejayaan Kerajaan Kadiri di masa lampau sangat terkenal.
Kedahsyatan sosok Prabu Jayabaya ini pula yang memunculkan keyakinan masyarakat tentang pemimpin nasional. Mereka meyakini jika presiden siapapun yang datang ke tempat itu dipastikan runtuh. “Kalau sedang menjabat pasti runtuh. Karena Sri Aji Jayabaya tak mau disaingi,” kata Suratin.
Entah dipercaya atau tidak, faktanya sejak dulu hingga sekarang tak pernah ada satu pun Presiden Republik Indonesia yang menginjakkan kaki di Kediri. Mereka lebih menyukai singgah di daerah sekitar seperti Tulungagung dan Nganjuk. Padahal dinamika Kota Kediri jauh di atas daerah lain.