Aswadi mengatakan, berbeda dengan kalender Syamsiyah atau Masihiyah yang lebih banyak jumlah harinya, Hijriyah lebih mengedepankan pada perubahan alam atau iklim. Sehingga wawasan manusianya lebih didikte oleh tindakan rutinitas alam.
“Boleh jadi kalender Hijriyah lebih progresif untuk perubahan bila dibandingkan dengan penggunaan kalender Masihiyah….wallau a’lam,” ungkapnya.
Khalifah Umar bin Khattab sendiri menetapkan awal tahun Hijriah 1 Muharram bertepatan dengan tanggal 15 Juli 622 Masehi yang jatuh pada hari Kamis, sebagaimana disepakati para pakar ilmu hisab. Jumlah hari dalam satu bulan pada kalender Hijriah tergantung pada posisi bulan, bumi, dan matahari.
Sebelum ditetapkannya sebagai kalender Hijriah, masyarakat Arab sudah memiliki nama-nama bulan dan hari sendiri. Nama bulan umumnya diambil dari peristiwa, musim, atau kegiatan besar yang pernah terjadi pada bulan tersebut. Tidak sedikit hadist yang menerangkan keutamaan bulan-bulan tertentu seperti Ramadan, Zulhijah, Muharam, dan lainnya.
Sementara itu, kondisi di Madinah, Arab Saudi menyambut tahun baru Hijriah jauh dari keramaian seperti di Tanah Air. Tak ada pawai atau sekadar spanduk memeringati pergantian tahun baru Islam tersebut. Kegiatan masyarakat dan pendatang di sini seperti hari-hari lainnya. Tak ada yang istimewa dengan datangnya tahun baru 1439 H. (SI)