Apalagi ketika Menteri Luar Negeri AS kala itu Rex Tillerson ketika berkunjung ke Korea Selatan menggambarkan Samudera Hindia dan Pasifik sebagai “arena strategis tunggal” dan menggambarkan India dan AS sebagai “pembatas” wilayah “Indo-Pasifik.” Apa maksudnya ini? Bisa dipastikan AS dan sekutu-sekutu blok Baratnya sudah punya skema dan gambaran apa yang dimaksud dengan rumusan di atas.
Menyadari skema dan rencana strategis di balik konsepsi Indo-Pasifik tersebut, maka sosialisasi konsepsi Indo-Pasifik yang digulirkan Trump akhir tahun 2017 lalu, bukan sekadar manuver ekonomi dan perdagangan belaka. Lebih jauh dari itu, manuver ekonomi-perdagangan atas dasar skema Indo Pasifik, paralel dengan manuver militer AS di Asia Pasifik melalui kerangka US PACIFIC COM(US PASCOM).
Dengan dilandasi tujuan membangun ikatan yang lebih solid antara AS, Jepang, India, dan Australia, maka manuver militer pun semakin ditingkatkan intensitas dan eskalasi kehadirannya. Hal ini terungkap melalui kajian dari David Dodwell bahwa melalui konsepsi Indo-Pasifikm ini pula, akan diarahkan untuk meningkatkan koordinasi dan kerjasama militer di antara keempat negara tersebut. Dengan dalih untuk menjadi “penyeimbang kekuatan” terhadap Cina yang semakin agresif dan ambisius menjalankan program One Belt One Road (OBOR).
Maka jelaslah sudah bahwa selain harus diwaspadai sebagai perilaku geopolitik AS dan Inggris, konsepsi Indo-Pasifik pada perkembangannya juga akan menciptakan peningkatan eskalasi kekuatan militer di Asia Pasifik. Mengingat begitu kuatnya penekanan pada peningkatan kekuatan militer maupun pengembangan strategi militernya. Dengan dalih untuk membendung pengaruh Cina di Asia Pasifik.
Pada kenyataannya konsepsi Indo-Pasifik dalam jangka pendek memang ditujukan untuk membendung pengaruh dan kekuatan Cina di Asia Pasifik. Termasuk beberapa model kemitraan antara Cina dan negara-negara berkembang di Asia Pasifik seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), dan sebagainya.
Lebih daripada itu, para stakeholders kebijakan luar negeri RI, sudah seharusnya mengecam keras upaya AS dan sekutu-sekutunya, terutama Inggris, untuk memperluas kekuatan militernya di Asia Pasifik. Baik dari segi jumlah personel pasukan maupun posisi kemiliterannya seperti dengan meningkatkan kehadiran militer dan peralatan strategis kemiliterannya di Korea Selatan. Dengan dalih bahwa eskalasi konflik di Semenanjung Korea semakin meningkat dari hari ke hari.[TheglobalReview]
Penulis: Hendrajit, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)