Al Fatih juga mendirikan Okmeydani di atas lahan yang dibelinya sendiri dengan harga dua kali lipat. Dia menyerahkan fasilitas tersebut kepada para pemanah yang segera mendirikan Tekke. Biaya pengelolaan fasilitas dan perkumpulan tersebut dibayarkan pemerintah. Tekke pun menjadi tempat terhormat yang dilindungi hukum setempat.
Sultan Bayezid II (1447-1512) pun memiliki ketertarikan yang tinggi pada seni memanah. Berbagai pertandingan memanah diselenggarakan pada masa pemerintahannya. Para pemecah rekor jarak terjauh dihadiahi tanah yang luas. Jika ia seorang prajurit maka diberi kenaikan pangkat.
Sultan Selim I (1466-1520) memusatkan pembuatan busur di Istanbul pa da 1516 seusai menutup kawasan yang sama, yakni Qaysariyat al-Qawasin di Damaskus. Pemindahan tersebut membuat Turki Utsmani menjadi pewaris utama seni memanah peradaban Islam.
Tidak hanya menerapkan kebijakan untuk pengembangan panahan, Sultan Selim I dikenal sebagai ahli memanah jarak jauh. Salah satu tiang marmer di Okmeydani yang dibangun Sultan Muhammad Al Fatih merupakan milik Selim I. Tiang marmer itu menandai hasil tembakan terjauh. Tempat berdirinya tiang marmer tersebut diberi nama Menziltasi yang berarti batu penanda menzil.
Tradisi seni memanah di kalangan sultan-sultan Utsmaniyah dilanjutkan putra Selim I, yakni Sulayman al-Kanuni (1494-1566) dan para penerusnya. Pada pertengahan abad ke-16, terdapat 34 Ok meydani dalam wilayah Utsnamiyah.
Di antaranya berada di Makkah, Iskan dariyah, Kairo, Damaskus, Ankara, Ko nya, Halab, Sofia, Belgrade, Bursa, Edirne, Istanbul, dan berbagai kota lainnya.[rol]