Lapisan luar putih, manis dan renyah. Ia menamai permen karet versinya itu dengan “Chiclets“.
Lalu, Frank, yang masih saudaranya, setelah sekian lama bersusah payah akhirnya berhasil membuat permen karet yang bisa ditiup sampai melembung besar seperti balon.
Permen karetnya itu dinamai bubble gum atau karet gelembung.
Pada akhir abad ke-19, penggemar dari permen karet kebanyakan adalah perempuan.
Namun pada tahun 1914, laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa, menyukai permen yang bertekstur kenyal tersebut.
Mengunyah permen karet dianggap berkhasiat untuk menenangkan. Hal tersebut terlihat ketika tentara Amerika Serikat pada Perang Dunia II dibekali permen karet setiap prajuritnya.
Setiap tentara rata-rata menghabiskan 3.000 potong permen karet dalam satu tahun. Sebenamya, tidak mereka makan sendiri, tetapi dibagikan juga kepada anak-anak dan orang biasa yang mereka temui.
Dalam sejarahnya, bahkan Amerika Serikat pernah menjatuhkan permen karet dari pesawat terbang di Filipina ketika negara tersebut diduduki oleh Jepang.
Pada kemasan permen karet itu tertulis janji Jenderal Douglas MacArthur, “I shall return” (saya akan kembali).
MacArthur memang berjanji akan datang kembali untuk mengusir Jepang yang akhirnya memang ditepati.
Penduduk Kepulauan Pasifik sampai sekarang masih tergila-gila pada permen karet dan bubble gum yang diperkenalkan lebih dari setengah abad lalu.
Sejak Perang Dunia II, permen karet tidak lagi dibuat dari getah pohon sawo, tetapi dari bahan sintetis. (KMP)