Ternyata, tidak bisa. Lantas Adams menguji chicle tersebut siapa tahu bisa dipakai menempelkan gigi palsu, pikirnya.
Nyatanya, hal itu pun tidak bisa dilakukan. Akhirnya, benda tersebut itu direbus dan digilas dengan gilingan kue sampai tipis. Hasilnya, permen karet yang lebih baik daripada yang biasa dikunyah oleh sang Diktator.
Permen karet itu akhirnya diberi gula dan aroma. Ketika dijual di sebuah toko permen di New Jersey, ternyata permen karet tersebut laku keras.
Lantas, Adams meminta hak paten untuk mesin pembuat permen karetnya. Melihat suksesan yang dialami oleh Adams, banyak orang ikut-ikutan membuat permen karet. Hingga menciptakan rasa dan warna yang bervariasi.
Pengusaha permen karet yang paling terkenal saat itu adalah William Wringley, Jr. Semula, William dikenal sebagai anak yang malas bersekolah dan selalu membuat ulah.
Sampai ketika ia menginjak umur 12 tahun (1873), William dikeluarkan dari sekolahnya. Namun, sebagai catatan, William bukanlah anak yang malas bekerja.
Ia membujuk ayahnya agar diperbolehkan menawarkan sabun buatan pabrik keluarga mereka.
Ternyata, William merupakan salesman yang rajin dan ulet. Ia menawarkan juga barang-barang lain, di antaranya baking powder, yaitu bahan untuk membuat kue.
Orang yang hendak membeli satu kaleng baking powder miliknya akan diberinya bonus dua permen karet.
Ternyata permen karet saat itu mempunyai banyak peminat, sehingga William beralih menjadi penjual permen karet.
Walaupun sempapt dilanda berbagai kesulitan, di antaranya krisis ekonomi dunia ia tidak pantang menyerah. Bahkan usahanya mampu bertahan hingga sekarang.
Sejatinya, ada dua sosok lain yang berperan besar dalam sejarah permen karet. Henry Fleer, pada tahun 1910 berhasil memberi “baju” pada permen karet.