Menurut Abu, kala itu Nabi Muhammad hanya menggunakan pelepah kurma sebagai alas salatnya. Sedangkan lantai masjidnya terbuat dari pasir sebab pada mas Nabi belum menggunakan keramik seperti sekarang ini.
“Saat Nabi Muhammad salat hanya pakai pelapah kurma karena dulu lantai masjidnya dari pasir,” ucapnya.
Dari Abu Sa’id berkata, ia pernah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bersabda,
دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : فَرَأَيْتُهُ يُصَلِّي عَلَى حَصِيرٍ يَسْجُدُ عَلَيْهِ
Artinya: “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat di atas tikar, beliau sujud di atasnya.” (HR. Muslim).
Sementara itu, dikutip dari laman resmi Pondok Pesantren Al Manhaj, Nabi sendiri pernah salat menggunakan kain bercorak. Namun ternyata kain tersebut malah menganggu kekhusyukan salatnya.
Rasulullah SAW bersabda,
اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلَاتِي
Artinya: “Bawalah kain ini ke Abu Jahm dan bawakan kepadaku kain milik Abu Jahm yang tidak bercorak, karena kain yang bercorak tersebut sempat melalaikanku dari salatku (mengganggu kekhusyu’anku).” (HR.Bukhâri dan Muslim dari hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma).
Hadist di atas menjelaskan, kain bercorak yang dimaksud adalah ibarat sajadah yang penuh dengan gambar atau warna-warna mencolok sehingga saat itu Nabi malah tidak khusyuk dalam salatnya, karena sebagian pikirannya malah tertuju kepada alas salatnya itu. (okz)