Eramuslim.com – Selain itu, dalam kacamata sistem pertahanan udara AS pun peristiwa WTC menimbulkan kecurigaan, sebab pesawat pembajak sempat terbang keluar jalur dengan amannya di wilayah udara Amerika yang paling ketat selama 80 menit.
Padahal menurut peraturan baku yang berlaku di seluruh wilayah hukum AS, jika ada pesawat komersil melenceng dari jalurnya atau hilang dari radar pengawas, maka Federal Aviation Agency (FAA) harus secepatnya mengontak pihak militer, The North American Aerospace Defense (NORAD), yang wilayah tugasnya memang berada di atas New York.
Selanjutnya, NORAD mengontak pangkalan udara terdekat untuk mengirim jet tempur F-16. Mereka akan mencari pesawat yang hilang dan begitu ditemukan segera memberitahukan pilotnya agar mengikuti jet tempur itu. Bila pilot tidak memenuhi arahan tersebut, jet tempur segera mengontak pangkalan untuk meminta izin melakukan tindakan drastis, dari pendaratan paksa dengan memepetnya, atau tembak jatuh.
Pada Selasa hitam, 11 September 2001, semua ini tidak berjalan. Tidak ada satu pun pesawat jet tempur AS terbang di udara New York untuk menahan pesawat komersial Boeing 757 dan 767 yang berbadan besar. Padahal di dekat New York dan Manhattan ada pangkalan udara Andrew dengan jet-jet tempur yang selalu siaga. Hanya butuh lima menit dari pangkalan Andrew ke New York.
Masih ribuan kejanggalan lagi yang ada seputar peristiwa 9.11. Misal, pada hari kejadian, 4.000 karyawan yang berkantor di Menara WTC, semuanya Yahudi, bolos serentak, dan sebagainya. Banyak rakyat Amerika yang kini sangat kritis pada Bush dan menganggap orang nomor satu Amerika ini sebagai pembohong besar.
Kisah tentang Donna Marsh, salah seorang ibu yang anak perempuannya menjadi korban di reruntuhan WTC mungkin bisa menggambarkan betapa kecewanya rakyat AS pada Bush. Anak perempuannya itu tengah mengandung.
Pada Selasa pagi, 11 September itu, anak perempuannya telah sampai di ruang kantornya. Setelah pesawat pertama menabrak menara, anak perempuan itu menelpon ibunya. “Ia mengatakan kalau dirinya diberitahu agar tidak meninggalkan Menara Selatan WTC karena sudah aman. Padahal, dalam kenyatannya, dia diberitahu untuk tidak bergerak atau akan ditembak,” ujar Marsh bercucuran airmata sembari meminta Bush agar tidak lagi menggunakan nama anaknya sebagai dalih untuk menebar mesin perang dan maut ke seluruh dunia.
Apa pun kejadiannya, Menara WTC telah ambruk rata dengan tanah. Siapa yang memetik keuntungan dari peristiwa ini? Jelas, kelompok Neo-Konservatif Gedung Putih dengan Bush sebagai kepalanya dan juga Zionis-Israel. Kasus WTC dijadikan dalih bagi kelompok haus perang ini untuk menggelar mesin perangnya ke Afghanistan.
Setelah Kabul jatuh, praktis Afghanistan telah dikuasai pasukan AS dan sekutu-sekutunya, walau di sana-sini sampai hari ini masih saja ada perlawanan sporadis dari gerilyawan Afghan. Namun rupanya ambisi besar Amerika tidak hanya sampai Afghan, pada 20 Maret 2003, Amerika mengeroyok Irak dan menggulingkan Presiden Saddam Hussein. Nama operasinya (plesetan) : Operation Iraqi Liberation atau disingkat OIL.
Mencermati sebab-musabab dan banyaknya kejanggalan seputar peristiwa WTC, menyebabkan banyak pihak menduga kuat bahwa Gedung Putih dan Israel sendirilah sebagai dalang di balik semuanya. Menara WTC dan Pentagon, simbol kehebatan perekonomian dan pertahanan Amerika, sengaja dikorbankan guna dijadikan dalih agar Gedung Putih leluasa melancarkan “The New Crusade in Millenium era”, seperti yang pernah terlontar dari mulut Bush.