Berikut isi lengkap orasinya
Assalamualaikum wrwb.
Sesungguhnya, Umat Islam adalah umat paling penuh cinta kepada alam semesta ini sebab mereka mencita-citakan seluruh bumi tunduk dan patuh hanya kepada Allah SWT. Mereka rela berdampingan dengan siapa pun, bertetangga dengan menunjukan akhlak mulianya.
Tetapi, ketika dengan penuh toleransi, kita semua berada dalam lingkungan majemuk seperti sekarang ini, ada orang yang tidak punya kepekaan menjaga persatuan bangsa dan menghina sesuatu yang paling suci dan kita muliakan.
Sesungguhnya sejarah berbicara kepada kita, perdamaian Salahuddin Al Ayyubi berisi tentang syarat, orang yang paling banyak melakukan kejahatan, mengusiri kaum muslimin dari kampung-kampungnya, merampoki orang-orang yang berhaji ke Baitullah dan melakukan penistaan terhadap ayat-ayat suci diserahkan kepada hukum.
Dan sejarah di Yogjakarta ini, mohon maaf, bukan SARA tapi kita ingin satu fakta sejarah. Tahu kenapa saudara-saudara Tionghoa tak punya hak girik di wilayah Yogjakarta? mereka hanya punya hak milik bangunan semata-semata.
Mohon maaf, ini soal sejarah yang harus dilihat dan diakui. Pada agresi militer kedua Belanda, Desember 1948. Komunitas Tionghoa di Yogjakarta memberi sokongan kepada agresor Belanda itu.
Maka pada tahun 1950, ketika tegak kembali NKRI kita dari Jogjakrta ini, mereka sudah bersiap-siap eksodus. Tapi oleh Sultan Hamengkubuwono IX, mereka ditenangkan dan Sultan mengatakan, ‘Anda meskipun berkhianat kesekian kalinya terhadap negeri ini, tetap kami akui sebagai tetangga dan tidak perlu pergi dan tinggalah disini. Tapi mohon maaf, saya cabut satu hak Anda untuk memiliki tanah. Karena keserakahan sepanjang sejarah’. (kl/sn)