Maka tidak diragukan lagi bahwa proses pembakaran yang terjadi di dalam tubuh matahari tidak seperti yang biasa kita lihat dan bayangkan. Kalau proses itu seperti yang biasa kita lihat dan bayangkan, tentu 6.000 tahun merupakan waktu yang cukup baginya untuk menyala dan kehabisan energi panasnya.
Sebagian ilmuwan berpendapat, meteorid dan meteor yang berjatuhan di permukaan matahari menggantikan suhu panas matahari yang hilang karena proses penyinaran.
Terbukti kemudian bahwa proses reproduksi energi matahari merupakan perubahan dari gas hidrogen yang terdapat melimpah di tubuh matahari-juga di tubuh bintang-bintang lain-menjadi gas helium. Hal itu terjadi melalui serangkaian reaksi nuklir yang kompleks dan menghasilkan energi yang sangat besar dan tak terbayangkan.
Wakil Direktur Observatorium Greenwich, Dr. Thomas Gold mengatakan, ledakan yang terjadi di matahari pada 13 Februari 1956 setara dengan kekuatan yang dihasilkan oleh ledakan 1 juta bom hidrogen. Ledakan tersebut menyebabkan bumi dihujani oleh berbagai pancaran sinar radio aktif.
Ia menjelaskan, bertambahnya pancaran sinar radio aktif dimulai pada pukul 03.45 pagi waktu GMT dan berlangsung hingga kira-kira dua jam kemudian. Pertambahan pancaran sinar radio aktif yang diterima bumi ini merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah.
la juga mengatakan, ledakan tersebut terjadi pada suatu wilayah yang luasnya lebih besar daripada luas bumi dan kekuatan ledakan itu sangat dahsyat. “Saking dahsyatnya, akal manusia tidak mungkin bisa membayangkannya. Tubuh setiap orang, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan semua makhluk hidup di segenap penjuru semesta, merasakan pancaran sinar itu dalam jumlah yang berlipat dari biasanya,” kata Gold.