Ayat-ayat di atas mengisyaratkan adanya revolusi benda-benda angkasa, dengan pengertian bahwa tidak mungkin akan terjadi benturan antara matahari baik dengan bulan maupun dengan planet-planet.
Pasalnya, Allah telah menahan langit, bumi, dan semua benda yang ada di antara keduanya agar tidak bergeser (dari orbitnya). Ini merupakan salah satu kemukjizatan terbesar dalam ilmu astronomi. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Sudah dimaklumi bersama bahwa setiap planet di angkasa tunduk pada suatu orbit statis. Ia bergerak pada orbit itu dan tidak pernah melenceng darinya.
Misalnya, bulan berputar pada porosnya dan pada saat yang sama ia berevolusi mengelilingi bumi dalam suatu orbit statis. Begitu pula planet bumi. Bumi berputar pada porosnya setiap 24 jam sekali, dengan kecepatan konstan kira-kira 1.600 kilometer per jam.
Namun, pada saat yang sama, bumi juga berevolusi mengelilingi matahari dalam suatu orbit statis setiap 365 hari sekali, dengan kecepatan 30 kilometer per detik. Pada setiap 365 hari itulah bumi kembali ke tempatnya semula.
Matahari pun sama. Ia melakukan rotasi pada porosnya sendiri setiap 25 hari sekali, dan pada saat yang sama ia berevolusi mengelilingi suatu titik statis dalam galaksi Bimasakti dalam suatu orbit statis setiap 250 juta tahun sekali, dengan kecepatan 250 kilometer per detik.
Komet Halley yang dilihat manusia setiap hari, sejak Allah menciptakan langit dan bumi, ia terus bergerak dalam suatu orbit tanpa pernah melenceng walau hanya seujung kuku dari orbit itu. Titik terdekat dengan bumi yang pernah ia lalui berjarak 300 juta kilometer.
Ia memiliki ekor yang panjangnya mencapai 93 juta kilometer. Manusia khawatir kalau-kalau komet Halley bergerak lurus sehingga menabrak bumi, sementara ayat Alquran yang mulia mengatakan, “Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak bergeser.” (Fathir: 41).
Sesungguhnya, keberadaan komet di orbitnya selama jutaan tahun, bumi di orbitnya selama jutaan tahun, dan matahari di orbitnya selama jutaan tahun, merupakan suatu bukti nyata akan kebenaran Alquran, di mana ia mengatakan, “Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Yasin:40).