Lebih buruk, negara terpaksa mengubah kebijakan pangannya dari semula pemberian pakan protein hewani kepada sapi, kembali kepada pemberian makanan alami berupa rerumputan yang menurut sunnatullah sudah menjadi makanan sapi yang semestinya. Bukan protein hasil olahan limbah tulang hewan ternak.
Siapa pula yang mengajari Nabi Muhammad akan muncul penyakit yang pernah menimpa hewan dan kini menimpa manusia, dan itu muncul pada paruh kedua abad 20 ini?
Bahkan penyakit ini dikenal sangat jarang terjadi dengan rasio satu berbanding satu juta.
Hadist Nabi sangat sesuai dengan apa yang terjadi pada peradaban manusia kini. Oleh karena itu, hadist pun dianggap sebagai mukjizat terbesar yang juga berbicara tentang perkara gaib karena telah menyebutkan kemunculan penyakit itu pada akhir zaman ketika Rasulullah sudah wafat.
Dua ayat pertama di atas juga menggambarkan mukjizat yang baik, yaitu makanan nabati untuk hewan. Dengan menyebutkan banyak sekali hasil pertanian yang diperuntukkan bagi manusia dulu, lalu selebihnya untuk hewan.
Itulah mengapa penyebutan manusia didahulukan daripada hewan dalam ayat tersebut. Adapun pada ayat kedua dijelaskan bahwa Allah mendahulukan penyebutan hewan ternak lalu manusia karena ayat hanya menyebutkan tanaman pertanian dan tidak disertai buah-buahan. Pemberian makanan kepada hewan ternak pastilah bergantung pada sejumlah tanaman pertanian seperti gandum dan jagung.
Sementara pemberian makanan kepada manusia bergantung pada tanaman pertanian, buah-buahan, dan juga daging. Pengetahuan ini dikutip dari Buku Pintar Sains Dalam Alquran. (Okz)