Ayat di atas selaras dengan fakta-fakta ilmiah terdahulu bahwa di atas laut yang dalam pada umumnya terdapat tumpukan awan. Firman-Nya, “Au kazulumatin (atau seperti gelap gulita),” menunjukkan kondisi tidak bisa melihat, dan hal ini dikuatkan lagi dengan frasa berikutnya, “fi bahrin lujjiyyin (di lautan yang dalam dan gelap)”. Kata lujjiyyun sendiri berarti sangat gelap dan dalam.
Ikan-ikan pada kedalaman yang sangat ekstrem ini tidak memiliki indra penglihatan, tapi mereka dibekali dengan cahaya biologis (untuk mengetahui sekeliling), sebagaimana dijelaskan oleh Encyclopaedia Britannica.
Inilah salah satu sisi penafsiran dari firman-Nya, “Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.” Jadi, ikan-ikan itu mampu bergerak dan mencari mangsa disebabkan anggota tubuh mereka yang bercahaya.
Dasar laut yang miring berubah warnanya secara bertahap menuju warna biru, hingga warna itu menghilang sama sekali seiring dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini sebagaimana spektrum warna cahaya yang berbanding terbalik dengan bertambahnya kedalaman di mana semakin bertambah kedalaman laut, semakin pudarlah spektrum warna cahaya hingga tidak terlihat.
Oleh karena itulah, Allah menggunakan redaksi zulumat (kegelapan-kegelapan), bukan zulumah (kegelapan tunggal). Dia menyebutnya “Kegelapan yang berlapis-lapis.”
Sumber Buku Pintar Sains Dalam Alquran Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, karya Dr. Nadiah Thayyarah. (Okz)